Sriwijayamedia.com – Momentum peringatan Hari Kartini dimulai Ketika Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No 108/1964 tanggal 2 Mei 1964.
Ini adalah sebuah keputusan yang sangat tepat dari Presiden Soekarno dalam memberikan apresiasi dan dukungan konkrit terhadap perjuangan kesetaraan gender dalam upaya membangun bangsa dan negara ini.
Ketika beredar di media sosial tentang pemberitahuan kepada rekan-rekan pers di seluruh Indonesia bahwa pada hari Jum’at 21 April 2023, Ketua Umum (Ketum) PDIP Ibu Megawati Soekarno Putri akan mengumumkan calon presiden (capres) dari PDIP.
Tentu ini adalah pengumuman yang sangat menarik dan berita yang sangat seksi tentang sesuatu yang memang sudah lama ditunggu, baik itu oleh kader PDIP sendiri maupun oleh seluruh rakyat Indonesia.
Pemilihan Waktu yang Brilian
Pemilihan waktu tanggal 21 April 2023 untuk menyampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia tentang capres RI yang akan di usung oleh PDIP untuk kontestasi Pilpres di tahun 2024 adalah sebuah pemikiran yang sangat genuine.
Karena seperti kita ketahui bersama bahwa tanggal 21 April adalah perayaan Hari Kartini yang dapat dikatakan adalah seorang Ibu Nasionalisme Indonesia, dan di tahun 2023 ini. Tanggal tersebut juga adalah hari yang sangat monumental secara religius bagi seluruh umat Islam, karena hari terakhir ibadah puasa di bulan Ramadhan 2023, yang akan memasuki hari ‘Kemenangan’ yang akan ditandai dengan teriakan takbir dimalam menyambut Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah.
Apakah pemilihan tanggal pengumuman yang sangat monumental in juga akan memberikan efek ‘Kemenangan’ pada PDIP secara hattrick dalam 3 periode beruntun pada proses Pilpres tahun 2024 yang akan datang?.
Tentu sejarah yang akan menunjukkan itu. Tetapi yang jelas ibu Megawati Soekarno Putri telah menunjukkan kecerdasan personalnya dalam kemandiriannya memilih waktu yang tepat untuk mendeklarasikan salahsatu kader terbaiknya sebagai capres Republik Indonesia.
Sebab, pengumuman yang dilakukan saat masyarakat bersiap-siap melaksanakan perayaan Idul Fitri dengan segala dinamikanya.
Tentu berita ini menjadi pembicaraan dan akan menjadi bahan diskusi panjang baik bagi mereka yang sedang dalam perjalanan mudik pulang kampung, maupun dalam keluarga-keluarga lainnya diseluruh pelosok negeri, baik itu sekedar pembicaraan ringan bagi masyarakat awam, sampai dengan pembicaraan serius bagi masyarakat yang tertarik pada berbagai peristiwa politik.
Konsepsi Sebagai Negarawan
Berbagai desakan secara implisit dari internal PDIP maupun secara eksplisit dari berbagai pihak eksternal lainnya dengan berbagai argumentasi dan justifikasinya agar Ibu Megawati sebagai pemegang mandat tunggal dalam menentukan capres dari PDIP untuk segera mendeklarasikannya.
Hebatnya, Ibu Megawati Soekarno aputri tidak terprovokasi atas desakan tersebut. Beliau hanya monitor dengan seksama informasi yang berkembang di masyarakat.
Adapun usulan dari internal kader PDIP dengan pertimbangan afirmatif dan alasan lainnya secara terbuka ingin mengusung Puan Maharani yang juga putri kandung Ibu Megawati Soekarno Putri sebagai capres dalam kontestasi politik tahun 2024 dari PDIP.
Dan ini seolah akan mendapat persetujuan dari Sang Ketu. Pemegang tunggal mandat Kongres PDIP ini, manakala undangan resmi yang beredar bahwa pengumuman capres dari PDIP akan disampaikan pada hari Kartini. Ini kemudian memunculkan tafsir bahwa kandidat capres yang akan di usung adalah perempuan.
Namun ketika tepat pukul 13.45 Wib, beliau menyebutkan bahwa Kader PDIP yang akan diusung sebagai capres dalam kontestasi Pilpres tahun 2024 yang akan datang adalah Ganjar Pranowo. Kembali disini Ibu Megawati Soekarno Putri menunjukkan sikap kenegarawananya.
Penunjukkan Ganjar Pranowo adalah sebuah sikap kenegarawan Ibu Megawati Soekarno Putri, sebagaimana yang telah dilakukannya sejak Pilpres 2014 yang mengusung Jokowi disaat beliau sendiri masih sangat potensi untuk mencalonkan diri.
Hal serupa pernah dilakukan oleh RA Kartini, yang merelakan jatah beasiswanya untuk diberikan kepada Haji Agus Salim, seorang anak muda dari Minangkabau yang meski tidak dikenalnya secara langsung, namun berdasarkan pemikirannya bahwa itu adalah yang terbaik untuk bangsa dan negara.
Keputusan Ibu Megawati Soekarno Putri menunjuk Ganjar Pranowo sebagai cqpres telah memperlihatkan pada publik tentang sikap beliau bahwa kepentingan partai, kepentingan bangsa dan negara ada di atas kepentingan pribadi dan eksistensi dinasti. Sungguh suatu hal yang patut di apresisasi tinggi.
Proses Profiling, Branding dan Selling
Dinamika penetapan Ganjar Pranowo sebagai capres dari PDIP untuk tahun 2024 sangatlah luar biasa. Berbagai drama yang terjadi saat PDIP melakukan ‘Profiling’, dari mulai upaya mendeligitimasi dan menegasikan sosok Ganjar Pranowo oleh internal PDIP itu sendiri maupun dari pihak eksternal yang dengan sinis mengatakan bahwa Ganjar Pranowo hanya eksis dalam pencitraan di sosial media semata. Semua itu ternyata tak luput dari perhatian dan pemantauan Ibu Megawati Soekarno Putri.
Seperti kita ketahui bersama bahwasannya secara sederhana profiling dapat kita artikan adalah sebuah tindakan pemantauan dan pembersihan data yang dapat digunakan untuk membuat keputusan data yang lebih baik dalam memperoleh optimasi hasil.
Adapun proses ‘Branding’ yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat yang secara swadaya dan spontanitas yang respek dengan berbagai kegiatan yang telah dilakukan Ganjar Pranowo dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Jawa Tengah, telah menginspirasi dan mendorong masyarakat untuk mengorganisir diri membentuk berbagai kelompok pendukung dan relawan dalam menyalurkan aspirasi dan dukungannya terhadap sosok yang mereka sukai ini, sekaligus juga sebagai duta yang menyuarakan kepada masyarakat diluar komunitas mereka.
Karena secara teori marketing, “Tidak ada satu produk pun terbaik di dunia ini yang mampu mencari konsumen sendiri”, maka itu dibutuhkan perantara untuk membranding tentang hal-hal positif yang perlu diketahui publik
Selanjutnya tahap yang menentukan, yaitu ‘Selling’, adalah sebuah strategi bagaimana menjual Branding yang telah dilakukan agar memiliki daya terpaan dan ketertarikan dari kelompok masyarakat dan warga negara Indonesia lainnya yang belum punya pilihan ataupun kelompok masyarkat yang masih punya kemungkinan untuk beralih dukungannya.
Tinggal bagaimana mengemas tahapan selling ini dapat menjadi sesuatu yang punyak efek dan nilai tambah yang signifikan dalam ketertarikan, maka memahami segmen terbesar yang akan menjadi targeting dalam kontestasi politik Pilpres tahun 2024 yang akan datang harus dapat dibedah secara detail.
Kita dapat merujuk hasil Sensus Penduduk 2020, dari Populasi penduduk Indonesia sebanyak 270, 20 juta jiwa, ada sebesar 70,72 persen penduduk usia produktif 15-64 tahun.
Dari jumlah tersebut sekitar 53,81 persen adalah genereasi milenial dan generasi Z, yaitu generasi yang lahir antara tahun 1995 – 2010.
Adapun karakteristik dari generasi milenial dan generasi Z ini bercirikan antara lain sebagai berikut: pertama gadget menjadi prioritas utama kebutuhan ; eksistensialis yang dicirikan suka search and share ; multitasking ; cinta kebebasan ; suka yang serba instan ; cepat bosan ; dan memilih pengalaman daripada aset.
Tentu hal-hal tersebut diatas, kami yakin juga tak akan luput dari pengamatan Ibu Megawati Soekarno Putri dan Tim Hebat yang mendampinginya. Seperti kata pepatah bahwa “Orang-orang sukses bergerak atas inisiatif mereka sendiri dan mereka tahu menuju ke manakah mereka sebelum memulai.” Itu semua sudah dicontohkan dan dimulai oleh Ibu Megawati Soekarno Putri.