Kota Singkawang Raih Peringkat Pertama KIT 2022

Pj Wako Singkawang Sumastro berfoto bersama usai menerima award sebagai KIT tahun 2022, di Jakarta, Kamis (6/4/2023) malam/sriwijayamedia.com-santi

Sriwijayamedia.com – Untuk ketiga kalinya, Kota Singkawang berhasil meraih peringkat tertinggi sebagai Kota Indeks Toleransi (KIT) tahun 2022.

Penghargaan ini diberikan oleh NGO SETARA Institute dan telah diselenggarakan sebanyak enam kali. Peluncuran Hasil Riset sekaligus Penganugerahan KIT 2022 dilaksanakan di Hotel Sahid Jakarta, Kamis (6/4/2023), dihadiri langsung oleh Staf Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Ahmad Laode dan juga para Wali Kota (Wako) dari berbagai kabupaten/kota di tanah air.

Award SETARA Institute dianugerahkan kepada 10 kota dengan skor toleransi tertinggi berdasar hasil scoring IKT 2022, yaitu kota Singkawang (dengan total indeks 6,583), Salatiga (6,417), Bekasi (6,080), Surakarta (5,883), Kediri (5,850), Sukabumi ( 5,810), Semarang (5,783), Manado (5,767), Kupang (5,687) dan Magelang (5,670).

Atas penganugerahan yang diterima, Pj Wako Singkawang Sumastro mengatakan Kota Singkawang memang kota yang plural. Toleransi selalu dihadirkan dalam kehidupan sehari-hari. Keharmonisan dan toleransi yang ada itulah membawa Kota Singkawang memegang peringkat 1 selama 3 kali berturut-turut.

“Kami memberikan aspirasi atas penghargaan ini. Semua kewenangan SETARA Intitute sebagai penyelenggara. Kami hanya sebagai objek penilaian. Kami menghargai penghargaan ini dan berharap masyarakat semakin memahami nilai-nilai kebersamaan itu, paguyuban-paguyuban dan kebersamaan masyarakat yang ada akan kami pertahankan terus. Sebab menjadi tanggungjawab kita bersama untuk merawatnya,” ungkap Pj Wako Singkawang Sumastro, usai menerima award kepada sriwijayamedia.com di Jakarta, Kamis (6/4/2023) malam.

Ditempat sama, pegiat HAM dan kesetaraan beragama sekaligus Ketua Badan Pengurus SETARA Institute Hendardi mengatakan dengan adanya penghargaan IKT ini semakin menambah antusias kota-kota lainnya untuk bisa ikut dan berusaha meminimalisir konflik antar agama dilingkungannya masing-masing.

Hal ini dibuktikan dari banyaknya kota yang berkonsultasi dengan SETARA Institute secara akademik. Kegiatan penganugerahan biasanya diselenggarakan rutin setiap tahun, namun pada tahun lalu ditiadakan karena pandemi Covid-19.

“Tentu saja predikat sebagai kota IKT menguntungkan, apalagi bagi kota-kota yang mendapat predikat terbaik. Sedangkan bagi kota-kota yang mengalami penurunan peringkat IKT-nya makin ditinggalkan didalam penilaian.

Dengan adanya penghargaan IKT ini menambah antusias kota-kota lainnya untuk bisa ikut dan berusaha meminimalisir konflik antar agama dilingkungannya.

“Ini dibuktikan dengan banyaknya kota yang berkonsultasi dengan SETARA Institute secara akademik,” terang Hendardi. (Santi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *