Sriwijayamedia.com – Makanan khas Kabupaten Solok Selatan memiliki keberagaman yang tak diragukan lagi kelezatannya. Salah satunya ialah kuliner Pangek Pisang. Pangek pisang merupakan salah satu deretan kuliner andalan khas tradisional ranah Minang yang berasal dari Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat (Sumbar).
Pangek pisang sangat terkenal di kalangan masyarakat Kabupaten Solok Selatan maupun di luar. Makanan ini dikenal sebagai makanan khas yang terbuat dari pisang dan santan serta dihidangkan dengan tambahan ketan yang lezat.
Secara umum teknik memangek makanan digunakan untuk bahan masakah seperti ikan, daging, atau ayam. Hal ini tak terkecuali untuk pangek pisang.
Pangek pisang jika ditinjau dari namanya dalam bahasa Minang, yaitu “pangek” memiliki artian bahwa makanan yang dimasak secara terus menerus dipanaskan menggunakan santan kental hingga kuah berbumbu dan lama kelamaan mengental dengan sendirinya sehingga baru bisa dikatakan matang, dan “pisang” berarti makanan yang berbahan dasar pisang. Bahan utama pisang yang dipilih untuk dijadikan pangek adalah pisang batu atau kepok dengan ciri-ciri tidak terlalu masak dan tidak pula terlalu muda setelah diperam.
Ibu-ibu daerah Solok Selatan biasa memasaknya secara bersama-sama sebagai bentuk kegotongroyongan antar sesama. Selama pembuatan diperlukan kehati-hatian dalam mengaduk dan memasak agar tekstur pisang pada makanan ini tidak terlau lunak dan kuah santannya tidak pecah. Karena cita rasa pangek pisang terletak pada pisang dan juga santannya.
Dalam dunia kuliner, hal pertama kali dilihat oleh penikmat kuliner ialah penampilan dari makanan. Begitupun dengan pangek pisang. Penampilan makanan khas tradisional ini sangat memikat mata karena pancaran warna kuning. Warna kuning ini tidak berasal dari pewarna buatan yang biasa digunakan oleh makanan lainnya. Akan tetapi, warna kuning ini dipancarkan dari ekstrak buah tanaman herbal yang sering dijumpai di alam sebagai rempah-rempah bumbu masakan. Apalagi kalau bukan kunyit. Kunyit inilah yang menjadi sentuhan alami pada kuah santan makanan pangek pisang.
Sementara itu, cita rasa dari pangek pisang tak kalah menarik dari penampilannya. Rasa makanan ini memanjakan lidah para kuliner yang mencicipinya. Bagaimana tidak, perpaduan antara santan yang dimasak lama menimbulkan rasa yang gurih dicampur dengan bahan utama pisang yang manis. Perpaduan dua rasa ini sangat menyatu sebagai ciri khas yang autentik bagi lidah orang yang mencicipinya apalagi para pecinta kuliner.
Hidangan pangek pisang tentunya tidak akan lengkap jika tidak ditambahkan dengan hidangan pendamping. Pada makanan khas Solok Selatan ini, hidangan pendampingnya biasanya menggunakan ketan. Ketan yang dimaksud disini tidak hanya sebatas beras ketan yang hanya dikukus sampai matang saja. Akan tetapi, setelah dikukus juga adanya penambahan santan untuk membuat ketan menjadi lebih licin dan mengkilap serta lembut untuk dinikmati lidah. Ketan yang ditambahkan santan ini sangat akrab dikenal dengan nama sipuluik. Perpaduan rasa gurih manis dari pangek pisang menyatu dengan tekstur lembut sipuluik yang sangat khas.
Dahulunya, pangek pisang ini jarang sekali kita temui di warung-warung kuliner biasa ataupun di warung penjualan oleh-oleh khas Solok Selatan. Biasanya makanan ini hanya sebagai hidangan yang disantap bersama untuk acara-acara adat tertentu seperti acara kenduri, acara batagak penghulu, acara pernikahan dan acara adat lainnya.
Namun, seiring berjalannya waktu pangek pisang sekarang sudah bisa ditemui di warung-warung atau pusat perbelanjaan oleh-oleh makanan khas Solok Selatan bahkan selalu tersedia pada acara penyambutan tamu penting yang berkunjung ke Solok Selatan sebagai bentuk penghormatan.
Saat ini, pangek pisang sudah diperkenalkan secara luas bahkan hingga ke mancanegara. Hal ini sudah menjadi kebanggan tersendiri, terutama bagi masyarakat Kabupaten Solok Selatan.
Tepat pada tanggal 3 Agustus 2016, kuliner ini mencetak Rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) dalam acara lomba memasak pangek pisang yang diadakan oleh Pemerintah Solok Selatan dan juga sekaligus untuk kategori rumah gadang terbanyak dalam satu kawasan serta rumah gadang terpanjang. Rekor lomba memasak pangek pisang ini didapatkan karena memiliki peserta lomba memasak terbanyak dengan 75 kelompok kaum ibu-ibu yang berpartisipasi dalam acara tersebut.
Selain itu, jumlah pisang kepok yang dihabiskan pada lomba memasak pangek pisang itu mencapai 4 ton dengan 400 butir kelapa. Dengan pencapaian yang tidak dimiliki oleh daerah lain ini membawa Solok Selatan lebih unggul dan meningkatkan promosi wisata di daerak Solok Selatan.
Pangek pisang sudah menjadi makanan khas tradisional Solok Selatan. Berbicara tentang makanan khas, biasanya sebagian besar makanan khas adalah sebuah oleh-oleh yang dibawa jika berkunjung ke daerah tertentu. Namun berbeda halnya dengan makanan khas Solok Selatan yang satu ini.
Bagi tamu atau kalangan pecinta kuliner yang berkunjung ke daerah Solok Selatan hanya bisa menyantap pangek pisang ini tanpa bisa membawanya ke daerah asalnya. Karena makanannya yang tergolong kategori makanan basah dan tidak bisa tahan berhari-hari. Hal inilah yang menjadi keunikan tersendiri dari makanan khas Solok Selatan yang satu ini.
Namun untuk wisatawan yang menyukai kelezatan pangek pisang khas Solok Selatan maka jangan lupa untuk memakan sepuasnya ketika berkunjung serta bisa mempelajari resep pembuatannya yang tak terlalu sulit untuk dicoba.
Dengan demikian wisatawan yang berkunjung mendapatkan 2 pelajaran dari makanan khas pangek pisang, yaitu menikmatinya di daerah asal makanannya dan memasaknya sendiri sebagai bekal untuk dibawa ke daerah asalnya.
Oleh :
Kevin Juandri Pratama, Mahasiswa Universitas Andalas Sastra Minangkabau