Bamsoet Ajak Masyarakat Antisipasi Ancaman Krisis Global

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet)/sriwijayamedia.com-adjie

Sriwijayamedia.com – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengingatkan memburuknya kondisi perekonomian negara-negara maju seperti Amerika dan China bisa berdampak pada kinerja ekonomi domestik.

Survei Reuters menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2022 diproyeksikan lambat dan hanya mencapai 3,2 persen, jauh dibawah target sebesar 5,5 persen.

Bacaan Lainnya

Kondisi tersebut akan berpengaruh bagi Indonesia, mengingat 33,8 persen impor Indonesia bersumber dari Tiongkok, dan 21,8 persen tujuan ekspor Indonesia juga ke Tiongkok.

Dengan tingginya angka ketergantungan ekonomi Indonesia pada berbagai entitas internasional, kata Bamsoet, dapat dipastikan bahwa setiap ancaman krisis global akan selalu berdampak nyata pada perekonomian nasional, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Karenanya perlu dipertimbangkan berbagai langkah antisipasi.

“Pertama, mendorong kinerja ekspor dengan diversifikasi negara-negara tujuan ekspor, di samping diversifikasi produk-produk ekspor. Kedua, sinergi yang selaras dan saling menopang antara kebijakan fiskal oleh Kementerian Keuangan dan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia. Ketiga, pemberdayaan UMKM sebagai sendi perekonomian nasional,” ujar Bamsoet dalam Seminar Nasional, diselenggarakan SAPMA Pemuda Pancasila (PP) Kota Bandung, bekerjasama dengan Universitas Pasundan, secara virtual dari Jakarta, Senin (12/12/2022).

Mantan Ketua DPR RI ini menjelaskan, UMKM memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional, dengan kemampuan menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4 persen dari total investasi.

Komunitas global saat ini sedang berjibaku menghadapi berbagai ancaman krisis yang ditandai oleh perlambatan perekonomian dunia. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya sebesar 3,2 persen, dan diperkirakan akan semakin melemah pada tahun 2023 dengan proyeksi sebesar 2,7 persen.

Bank Dunia juga memperkirakan produk domestik bruto (PDB) dunia akan menyusut menjadi 0,5 persen setelah terkontraksi 0,4 persen.

“Namun demikian kita patut bersyukur, bahwa hingga saat ini, secara umum kinerja ekonomi kita menunjukkan hasil yang memuaskan. Bahkan dalam pandangan Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia dipandang sebagai titik terang di tengah gejolak ekonom dunia yang rentan terhadap berbagai ancaman krisis,” jelas Bamsoet.

Kondisi global yang tidak baik-baik saja, lanjut Bamsoet, juga menjadi semakin suram karena perang Rusia-Ukraina menyebabkan disrupsi rantai pasok global, sehingga menimbulkan krisis pangan dan krisis energi.

Perang Rusia-Ukraina memicu krisis pangan dunia karena hampir sepertiga dari pasokan gandum dunia, disuplai oleh Rusia. Demikian juga Ukraina, menjadi negara produsen gandum terbesar ketujuh di dunia pada 2021/2022 dengan produksi sebesar 33 juta ton.

“Pada sektor energi, Rusia adalah pengekspor minyak terbesar di dunia, dimana lebih dari 40 persen kebutuhan bahan bakar negara-negara Eropa bergantung pada pasokan dari Rusia,” pungkas Bamsoet.

Bamsoet menambahkan, meskipun hingga saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil di atas 5 persen, namun kondisi tersebut tidak menutup fakta bahwa ancaman resesi global adalah nyata.

“Karena itu, kita tidak boleh terbuai oleh pujian IMF, bahwa prinsip kebijakan kita dalam menyikapi ancaman resesi global adalah optimistis, tetapi tetap waspada,” papar Bamsoet. (adjie)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *