Sriwijayamedia.com – Dalam rangka memperingati hari pahlawan 10 November, Gen-KAMI (Generasi-Komunitas Aktivis Milenial Indonesia) meminta pihak-pihak berkepentingan untuk menghentikan kampanye politik identitas.
Politik identitas tidak sesuai dengan semangat kepahlawanan yang dicontohkan oleh pahlawan dalam palagan Surabaya 10 November 1945.
Dalam peristiwa 10 November 1945 tersebut, rakyat Indonesia di Surabaya bertempur secara tulus dan ikhlas menghadapi agresor Sekutu. Mereka bersatu tanpa mempedulikan latar belakang agama, suku atau pun ras. Mereka hanya memiliki satu itikad yang sama, membela Merah Putih.
Ketua Gen-KAMI Ilham Latupono, Kamis (10/11/2022) mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi sosial politik saat ini. Tahun politik yang prematur dan dipaksa menjadi ajang kampanye dengan saling membunuh karakter lawan.
“Celakanya, yang didiskreditkan bukan semata lawan politik, namun identitas SARA dari lawan politik dijadikan kampanye hitam. Hasilnya, terutama di media sosial, kita menjadi terbiasa membaca ungkapan kebencian terhadap suku, ras atau agama tertentu,” ujar Ilo, sapaan akrabnya ini.
Dia menganggap hal ini dapat membahayakan kehidupan sosial rakyat Indonesia.
Sebagai bagian dari generasi aktifis meilenial, Ilo meminta pihak-pihak berkepentingan dengan kampanye atau dukung mendukung calon presiden, agar menghentikan kampanye busuk dengan mendiskreditkan identitas lawan politik.
Dia mengingatkan puncak pembusukan politik identitas kerap berujung ada kerusuhan sosial.
Dia mengenang masa remajanya di Kota Ambon yang saat itu tengah diterpa kerusuhan berlatar agama.
“Kerusuhan Ambon merupakan pelajaran berharga yang tidak boleh terulang kembali. Bagaimana tetangga yang semula akrab, bahkan bersaudara, tiba menjadi saling memusuhi dan saling membunuh. Semua terjadi karena ada yang menghembuskan isu berlatar politik identias,” kenangnya.
Dia masih mengingat dan menyesali, harus melewati masa remaja (SMA) dengan suasana mencekam.
“Saya yakin, orang yang koar-koar mengumandangkan kebencian atau bahkan perang terhadap bagian dari kelompok lainnya itu tidak pernah benar-benar merasakan yang kami rasakan saat tragedi Ambon. Rasa sedih, marah, kecewa, takut dan putus asa bercampur baur. Sungguh tak ada yang layak merasakan kembali tragedi tersebut,” mantan aktifis FAMRED ini.
Maka dari itu, Ilo meminta pihak yang mulai mengusung capres, meskipun Pilpres masih 2 tahun lagi, untuk meninggalkan kampanye negatif berbasis SARA.
“Mulailah untuk kampanye positif dengan pamer atau show of force prestasi calonnya. Serta adu gagasan untuk membangun Indonsia,” pintanya.
Menurut Ilo, peringatan Hari Pahlawan ini merupakan momen yang tepat untuk mengembalikan marwah politik sebagai upaya untuk membangun dan memajukan Indonesia demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.(Santi)