Sriwijayamedia.com – Komunitas peduli banjir adalah mitra strategis pemerintah khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Palembang yang berguna memberikan informasi data dan masukan dalam pengendalian banjir di lokasi tempat tinggal para komunitas.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas PUPR Kota Palembang Akhmad Bastari, ST., MT., IPM., ASEAN., Eng., dalam sosialisasi peningkatan peranserta masyarakat dalam pengendalian banjir, berlangsung di Ruang Parameswara Kantor Walikota (Wako) Palembang, Kamis (17/11/2022).
“Komunitas ini terbentuk di setiap lini banjir, dan bersifat sukarela. Mereka punya semangat untuk bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas untuk menyelesaikan dan mencari solusi permasalah banjir,” kata Akhmad.
Menurut dia, komunitas ini sangat mengetahui lokasi banjir. Karena mereka tinggal di lokasi banjir. Pun bersama pemerintah menyelesaikan permasalahan banjir dengan stakholder terkait.
Terbentuknya komunitas peduli banjir ini sebagai upaya Dinas PUPR untuk mengatasi permasalahan banjir yang kerap terjadi di Kota palembang.
“PUPR ini kerjanya fisik dan non fisik, bukan sekadar stuktural, tapi juga non struktural. Kami sudah bergerak dari 2014 untuk membentuk komunitas ini. Komunitas ini lahir dari masyarakat yang peduli terhadap banjir,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA) pada Dinas PUPR Kota Palembang Marlina Sylvia mengatakan komunitas peduli banjir ini sudah ada di setiap lokasi banjir sejak 2014 lalu.
“Ini adalah wadah sosialiasi antara pemerintah ke masyarakat. Tugas pokok dari komunitas ini adalah perpanjangan tangan pemerintah menyampaikan program dan sosialiasi terkait penanganan banjir,” paparnya.
Menurut Marlina, komunitas peduli banjir berbeda dengan tim monitoring dan evaluasi. Sebab tim monitoring dan evaluasi adalah teknis banjir di Bidang SDA Dinas PUPR yang tidak mungkin berada di lokasi banjir setiap hari, mengingat luasan wilayah yang sangat besar.
“Komunitas inilah yang akan melaporkan kondisi dan keadaan di wilayahnya masing-masing. Komunitas peduli banjir ini independen yang lahir dari kesadaran masyarakat,” jelasnya.
Terpisah, Ketua Komunitas Peduli Sungai, Banjir dan Lingkungan Alexander menambahkan komunitas ini bukan hanya komunitas banjir saja, tetapi juga tergabung dalam Dewan Sungai Nasional.
“Tugas pokok kami melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang banjir. Kami juga melakukan aksi gotong royong setiap minggu di tingkat RT dan RW. Komunitas banjir sudah terbentuk di 18 kecamatan dengan anggota 30 orang tersebar di spot-spot area banjir,” imbuhnya.(ocha)