Palembang, Sriwijaya Media – Kepala Kantor Regional (Kanreg) VII Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel) Untung Nugroho bersama Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor Regional (Kanreg) VII Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel) Iwan M Ridwan melakukan edukasi perencanaan keuangan dan budaya menabung cerdas, keuangan disabilitas hebat dan pembukaan rekening Simpanan Pelajar (SimPel) melalui RumahLimas.id, ke Sekolah Luar Biasa (SLB) B Negeri Pembina Palembang, Jalan Kebun Bunga Kecamatan Sukarame Palembang, Senin (8/8/2022).
“Usai rapat monitoring, kami bersama dengan Team Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) di Provinsi Sumsel mengunjungi SLB B Negeri Pembina, mensosialisasikan menabung,” tutur Kepala Kanreg OJK VII Sumbagsel Untung Nugroho.
Menurut dia, anak-anak SLB B Negeri Pembina perlu juga difasilitasi akses keuangan, terutama pembelajaran untuk belajar menabung.
“Walaupun anak-anak kita ada sedikit kekurangan, tapi haknya sama untuk belajar menabung, punya rekening dan kita siapkan untuk masa depannya seperti anak-anak lain pada umumnya. Targetnya semua anak-anak pelajar, kita bukakan rekening untuk belajar menabung,” terangnya.
Dia mengaku program menabung ini telah dilaksanakan sejak dahulu, terutama untuk edukasi anak-anak.
Menurut dia, tujuannya ialah mempersiapkan masa depan anak-anak dengan belajar menabung, dan mengelola keuangan.
“OJK mengajak Bank Sumatera Selatan (Sumsel) Bangka Belitung (Babel) untuk melaksanakan program ini. Ini tidak ada biayanya. Jadi tabungan ini untuk belajar, dan belajar untuk menabung,” paparnya.
Sementara itu, Kepala SLB B Negeri Pembina Palembang Jumingan menambahkan kunjungan OJK dalam rangka sosialisasi kegiatan menabung untuk anak-anak.
“Siswa disabilitas kita ini ada sekitar 100 orang dibukakan rekening di Bank Sumsel Babel. Ini untuk menstimulasi agar anak-anak kita rajin menabung,” bebernya.
Dia menuturkan kegiatan ini sangat terbantu, karena selain melatih menabung anak-anak, juga membantu guru-guru dikelas untuk menjelaskan bagaimana mengelola keuangan.
“Data 100 anak itu merupakan anak berusia dibawah 17 tahun,” jelasnya.(ton)