Jakarta, Sriwijaya Media – Jelang perhelatan pemilihan presiden (Pilpres) 2024, Poltracking Indonesia merilis hasil Survei Nasional Proyeksi Kandidat Kuat pada Pilpres 2024, di Ruang Utari Lantai 1 Hotel Bidakara, Kecamatam Tebet, Jakarta Selatan (Jaksel), Kamis (9/6/2022) siang.
Kegiatan itu dihadiri para pakar seperti Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk dan Pakar Politik Universitas Paramadina Djayadi Hanan serta Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan bahwa survei ini masih sebuah proyeksi dan belum menjadi sebuah kesimpulan karena dinamika politik yang berjalan masih 20 bulan lagi.
“Dari survei mewakili populasi Indonesia, bertemu langsung ketemu dengan responden langsung pada 16-22 Mei 2022, masih proyeksi belum kesimpulan, tapi partai-partai sudah melakukan pertemuan,” tuturnya.
Hanta Yuda mempresentasikan hasil survei masyarakat berdasarkan popularitas dan aksesibilitas.
Capres dengan tingkat tertinggi sementara, yaitu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo.
“Untuk Cawapres dengan tingkat tertinggi sementara yaitu Sandiaga Uno, Erick Thohir, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ridwan Kamil, dan Puan Maharani. Sedangkan untuk
calon pasangan Capres dan Cawapres dengan tingkat tertinggi sementara, Ganjar Pranowo berpasangan dengan Erick Thohir, Prabowo dengan Puan, dan Anies dengan AHY,” paparnya.
Hanta Yuda menambahkan bahwa tidak ada hasil yang mutlak karena masih bersifat sementara dan dinamis.
“Ya sehingga bisa disimpulkan pemilu tidak satu putaran tetapi 2 putaran. Survey ini bukan merupakan peta politik tetapi menurut elektabilitas.” ungkapnya.
Dalam kesimpulan penyelenggaran survei tersebut, sambung dia, Poltracking Indonesia menyelenggarakan survei nasional pada 16-22 Mei 2022 dengan menggunakan metode multistage random sampling.
“Dimana jumlah sampel dalam survel ini adalah 1.220 responden dengan Margin of Error (MoR) lebih kurang 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%. Sampel survei ini menjangkau di 34 provinsi seluruh Indonesia secara proporsional berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terakhir,” sebutnya.
Dikatakan Hanta, pengumpulan data dilakukan oleh pewawancara terlatih melalui wawancara tatap muka.
Data setiap responden diverifikasi dengan ketat melalui perangkat teknologi komunikasi terbaru untuk menjamin kualitas dan kredibilitas hasil survei.
Dia menegaskan maksud dan tujuan dari survei ini adalah untuk mengukur elektabilitas figur kuat dalam kandidasi Pilpres 2024.
Temuan pokok dan analisis hasil survei ini dapat dijelaskan sebagaimana berikut, pertama karakter kepemimpinan yang penting dimiliki oleh calon presiden dan wakil presiden menurut publik adalah peduli dan perhatian pada rakyat (16,8%), diikuti dengan karakter jujur, bisa dipercaya dan bersih dari korupsi (16,0%) serta berpengalaman (12,7%).
“Pada latar belakang pasangan calon presiden dan wakil presiden, publik menyukai kombinasi latar belakang kepala daerah-pengusaha (11,3%), kepala daerah-kepala daerah (10,3%) dan kepala daerah-menteri (10,2%),” lanjutnya.
Kedua, dalam simulasi surat suara 10 nama Capres 2024, angka elektabilitas dari setiap kandidat yaitu Ganjar Pranowo (26,9%), Prabowo Subianto (22,5%), Anies Baswedan (16,8%), Agus Harimurti Yudhoyono (3,6%), Ridwan Kamil (3,4%), Erick Thohir (2,6%), Sandiaga Salahuddin Uno (2,2%), Khofifah Indar Parawansa (2,0%), Airlangga Hartarto (1,8%) dan Puan Maharani (1.296).
Ketiga, dalam simulasi surat suara 10 nama Cawapres 2024, angka elektabilitas dari setiap kandidat yaitu Sandiaga Salahuddin Uno (15-5%), Erick Thohir (12.4%), Agus Harimurti Yudhoyono (11.7%), Ridwan Kamil (8.1%), Puan Maharani (6.8%), Khofifah Indar Parawansa (4.9%), Airlangga Hartarto (4.5%), Andika Perkasa (2.8%), Mahfud MD (2.2%) dan Muhaimin Iskandar (0.7%).
Lalu keempat, pada elektabilitas partai politik, PDIP (21,3%) adalah partai politik dengar elektabilitas tertinggi dalam simulasi 16 partai politik peserta Pemilu 2019, diikuti dengan Partai Gerindra (10,6 %), Partai Golkar (9,9%), PKB (8,0%), Partai Nasdem (7,3%), Partai Demokrat (7,2%), PKS (5,8%), PAN (4,4%), PPP (3,2%) dan Perindo (2,1%).
“Elektabilitas partai lain berada di bawah 1%. Meski demikian, angka elektabilitas ini adalah potret potensi suara partai (party votes) yang berpotensi berubah dan cenderung naik karena kontribusi suara terhadap calon anggota legislatif (personal votes) dari masing-masing partai,” ulasnya.
Kelima, berdasarkan temuan survei ini, terdapat tiga figur kuat calon presiden dengan angka elektabilitas di atas 10%, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
Pada figur calon wakil presiden, masih kata dia, terdapat lima figur kuat calon wakil presiden yang selalu konsisten berada dalam lima besar elektabilitas dengan angka di atas 5%, yaitu Sandiaga Salahuddin Uno, Erick Thohir, Agus Harimurti Yudhoyono, Ridwan Kamil dan Puan Maharani.
“Mengingat pelaksanaan Pilpres masih cukup jauh hingga 2024, sangat mungkin terjadi berbagai dinamika peristiwa, dan momentum politik yang berpotensi mengubah peta politik elektoral ke depan,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Pakar Politik Universitas Paramadina Djayadi Hanan menyampaikan bahwa survei sementara ini sebagai proyeksi kandidasi Pilpres 2024 yang mana ditemukan tiga nama untuk menjadi capres pada Pilpres 2024 mendatang.
“Sangat perlu diperhatikan bahwa survei sementara berbasis nasional dan tatap muka memang cocok untuk keakuratan survei. Bahwa Rillis Survei Nasional dari Poltracking Indonesia tentang Proyeksi Kandidat Kuat Kandidasi Pilpres 2024 ini cukup mirip dengan temuan sejenis dengan selama ini 2-3 tahun terakhir. Kita temukan tiga nama untuk menjadi capres pada pilpres 2024 nanti.Calon terkuat apabila pemilu 2 kali putaran adalah Ganjar dan Prabowo, Tetapi kita melihat sesuai Proyeksi Kandidat kuat bisa berubah,” terangnya
Setali tiga uang, Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk berpendapat bahwa survei merupakan gambaran pilihan langsung masyarakat yang mana nantinya dapat berubah sesuai dinamika yang ada.
“Survei adakah potret pemilih pada waktu itu. Apa artinya secara dinamika bisa berubah. Secara psikologis parpol tidak membicarakan terkait kebijakan apa dan arah kemana negara akan dibawa, flatpom mau arah kemana tetapi lebih mementingkan Figur Capres. Siapa yang populer itu yang dipinang oleh partai,” pungkasnya.
Hamdi Muluk menambahkan bahwa secara psikologis sulit menentukan calon pemimpin secara fokus figur yang sesuai dengan aspirasi rakyat.
“Permasalah bahwa perpolitikan banyaknya multi partai karena memang bagaimana secara UU semua orang bisa membuat partai sesuai ketentuan yang berlaku. Secara psikologis sulit menentukan calon secara fokus figur mana yang sesuai hati rakyat Dengan membawa platform yang paling bagus ke arah mana dari semua bidang dengan kemampuan presidensial compatibility tetapi apakah dia populer kalo tidak populer ya maaf saja secara politik tidak akan dipilih oleh partai, suka tidak suka figur yang sudah populer itulah yang dimajukan bukan kemampuan Presidensial compatibility untuk memimpin bangsa,” tambahnya. (santi/kemal)