Opini : New Oligarki Anies dan Novel

IMG_20220613_191107

Oleh : 

Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto/sriwijayamedia.com-irawan

Pembagian peran keluarga ternyata terlihat nyata dari posisi Anies Baswedan dan Novel Baswedan.

Kalau dalam istilah kritik aktivis saat ini adalah “oligarki” yang ditujukan kepada kelompok, keluarga atau sedikit orang yang memiliki peranan penting terkait kebijakan atau permainan politik. Pembagian peran terlihat langsung maupun tidak langsung bagi publik yang mencerna.

Salah satunya bisa kembali ke belakang saat ada pelaporan kasus dugaan korupsi pameran buku frankrut, dimana Anies Baswedan pernah dilaporkan ke KPK atas dugaan penyimpangan penggunaan dana di pameran Frankfurt Book Fair 2015.

Anies diduga menyalahgunakan kewenangannya saat menjabat Mendikbud. Mantan Mendikbud Anies Baswedan melakukan korupsi sistematis selama 3 hari acara pameran buku di Jerman mulai 14-18 Oktober 2015 dengan biaya Rp 146 miliar yang dilaporkan oleh Andar Mangatas Situmorang.

Atas laporan tersebut, Kabiro Humas KPK saat itu (2017), Febri Diansyah mengatakan akan melakukan penelusuran untuk membuktikan dugaan korupsi yang dilakukan oleh Anies.

“Yang bisa kita informasi, memang benar ada pelaporan dan seperti semua laporan atau pengaduan yang masuk, akan kami telaah. Akan kita lihat apakah ada indikasi korupsi atau tidak,” kata Febri.

Ketika KPK RI saat ini sedang melakukan penyelidikan Formula E Jakarta, Novel Cs mengeluarkan statement untuk “Bubarkan KPK”.

Disinilah “New Oligarki” muncul karena Anies pernah berhutang budi pada Novel saat masih berada di KPK. Tentunya dua bersaudara menjadi Oligarki baru yang selama ini sudah dilakoni oleh mereka.

Pertama, dugaan korupsi pameran buku frankrut saat itu Anies menjadi Mendikbud dilaporkan ke KPK dan posisi Novel masih didalam KPK sehingga diduga kasus tersebut menguap.

Kedua, KPK RI saat ini sedang menyelidiki Formula E Jakarta dimana Anies saat ini menjadi Gubernur DKI dan Novel saat ini menjadi ASN di Mabes Polri namun karena sakit hati dan dendam gagal TWK menjerit bubarkan KPK.

Perilaku “New Oligarki” diperlihatkan dua bersaudara ini ke publik. Dan apakah ini berarti bahwa Anies berhutang budi pada Novel atas korupsinya yang ditutupi selama ini?.

Pantas saja para pimpinan KPK yang kadung emosi dan sakit hati dengan revisi RUU KPK dan gagal TWK langsung beralih kantor di KPK DKI yang dalam satu kantor dengan tim TGUPP. Maksud Novel menjerit “Bubarkan KPK” melindungi koruptor, malah diingatkan dosanya selama ini melindungi saudaranya Gubernur DKI yang saat ini sedang berjalan penyelidikan Formula E. Ssst…New Oligarki Anies dan Novel.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *