Kepala Disbudpar Dr Aufa Apresiasi Ritual Keagamaan Gelaran Museum Negeri Sumsel

IMG_20220614_145427

Palembang, Sriwijaya Media – Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumsel Dr Aufa Syahrizal mengapresiasi kegiatan seminar sehari hasil kajian koleksi Museum Negeri Sumsel perihal ritual keagamaan dalam tradisi masyarakat prasejarah di Sumsel, di Museum Negeri Sumsel, Selasa (14/6/2022).

Hadir dalam.seminar tersebut antara lain Sekretaris Disbudpar Sumsel Megawati, Ketua DPD Masyarakat Sadar Wisata sekaligus Ketua GIPI Sumsl H Herlan Asfiudin, Kepala Museum Negeri Sumsel H Candra Amprayadi, dan pemateri Maryoto, Dr Hudaidah, Drs Yudhy Syarofie, dan tamu undangan lainnya.

“Saya sangat mengapresiasi ide kreatif dari Kepala Museum Negeri Sumsel yang tidak berhenti mengangkat sejarah dan budaya yang ada di Sumsel melalui kegiatan di Museum Negeri Sumsel. Secara tidak langsung, sekarang orang semakin mulai terbuka mata, dan telinga bahwa Sumsel ini banyak sekali kaya akan peninggalan-peninggalan sejarah,” ujar Kepala Disbudpar Sumsel Dr Aufa Syahrizal.

Untuk memberikan keyakinan lebih akan apa saja bentuk peninggalan itu dan dari zaman kapan, kata dia, diperlukan kajian atau penelitian.

Tak sampai di kajian atau penelitian saja, lanjut dia, hasil dari kajian itu harus dibedah, dengan menghadirkan berbagai narasumber yang berkompeten guna memperkuat hasil kajian tersebut.

“Dengan hasil kajian itu dibedah dan diseminarkan, sehingga betul-betul nanti ada data akurat yang bisa dipertanggung jawabkan,” ungkapnya.

Menurut dia, peninggalan-peninggalan sejarah itu memiliki nilai-nilai sejarah dan budaya yang betul-betul memiliki semacam cerita, dengan alur cerita jelas dan tidak hanya sekedar ada.

Dia berharap hasil seminar ini akan menghasilkan sebuah kesimpulan.

“Kita tahu bahwa kalau dikaitkan dengan sejarah, sebelum masuknya agama, dahulu masyarakat menganut paham animisme. Mereka cenderung menganggap benda-benda miliknya bernyawa serta tak mengenal Tuhan. Seiring dengan perkembangan zaman dan keagamaan, muncullah Islam, Kristen, dan sebagainya,” paparnya.

Dia melanjutkan bahwa ritual keagamaan itu sampai saat ini masih sering digunakan orang untuk membuktikan sejarah dari adat budaya di suatu tempat.

“Ya, artinya ritual-ritual seperti ini masih diperlukan. Seminar ini dapat memberikan keyakinan kalau sejarah itu berdasarkan hasil kajian dan dibedah dengan para pakar yang mempunyai kemampuan di bidangnya,” tegasnya.(ton)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *