Jakarta, Sriwijaya Media – Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) tahun ini usianya akan memasuki 60 tahun. Telah banyak aral merintang dilalui oleh Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) atau disingkat UPDM (B) ini, mulai dari pemerintahan orde lama hingga pemerintahan orde baru.
Wajar, kalau kampus UPDM (B) cukup piawai dalam mengatasi segala persoalan maupun manuver politik yang mengganggu kampus UPDM(B), termasuk ketika kampus moestopo disusupi oleh oknum Professor yang ingin memporak-porandakan UPDM (B).
Sekjen IKA FEB UPDM (B) Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) Hari Purwanto, Sabtu (14/5/2022) menegaskan UPDM (B) beberapa tahun terakhir ini mengalami penurunan, mulai dari penerimaan mahasiswa baru yang berada di angkat 300-an untuk satu universitas.
Rektor diharapkan mampu membawa perubahan. Namun ternyata hanya asik pelesiran, dan akhirnya mengundurkan diri, serta perubahan peringkat kluster perguruan tinggi karena susutnya jumlah mahasiswa dan ini cukup memprihatinkan.
“Di era kebangkitan UPDM (B), ketua yayasan membuat terobosan dengan melakukan pergantian pimpinan yang salah satunya adalah rektor. Meski diawal sosok Ketua Yayasan seolah menyodorkan calon tunggal, ternyata angin perubahan meniup kencang dengan melakukan perubahan mekanisme yang seolah “Demokratis” sehingga ada 10 kandidat yang akan diusung untuk menjadi bakal calon rektor,” tuturnya.
Namun sangat disayangkan, lagi-lagi ada oknum yang memiliki gelar tertinggi dalam dunia pendidikan, melakukan pembodohan kepada civitas akademika sebagaimana yang dinyatakan dalam media berita yang menyatakan ”Setelahnya calon rektor akan menjalani Fit & proper Test”.
Jika terpilih disampaikan ke pembina yayasan dan dilanjutkan segera dilaksanakan pelantikan rektor terpilih.
Beberapa hari sebelumnya, Ketua Pembina Yayasan UPDM (B) mengeluarkan pernyataan melalu pesan singkat yang tersebar pada WhatsApp dengan judul *“Segenap Civitas UPDM (B) mari bergerak menyelamatkan Moestopo”.
Menariknya Ketua Pembina menyatakan di kalimat penghuni kampus swasta jadi pemilik, dalam hal ini Ketua Pembina berhak menempatkan orang orang
“Disini jelas sekali terlihat watak orde barunya, sistem diputar balik ujung-ujungnya hanya untuk melegitimasi dirinya menjadi penguasa.
Bapak Ketua Yayasan yang baik, kami alumni hanya menyatakan akan mendukung rektor baru yang professional yang tidak terlibat KKN, karena kampus kami adalah kampus perjuangan melawan orde baru,” terangnya.(irawan)