Palembang, Sriwijaya Media – Semua orang tua pasti menginginkan dapat melahirkan anaknya dalam keadaan sehat. Namun realitanya ada sebagian bayi yang dilahirkan dalam kondisi yang tidak normal, termasuk menderita penyakit jantung bawaan (PJB).
Penyakit jantung bawaan yang paling banyak ditemukan adalah defek septum jantung, yang ditandai dengan defek pada septum atrium, septum ventrikel atau pada kedua tempat septum.
Hal demikian diutarakan DR dr Ria Nova, Sp.A(K)., Dokter Ahli Kesehatan Anak Konsultan Kardiologi Rumah Sakit Dr Mohammad Hosein (RSMH) Palembang, Kamis (26/5/2022).
Meskipun defek septum jantung paling sering dijumpai, kata dia, namun sampai saat ini masih banyak ditemukan keterlambatan diagnosis.
Dia mengklaim RSMH Palembang telah melakukan riset dalam disertasinya untuk membuat sebuah model Artificial Inteligence yang dapat digunakan untuk deteksi defek septum jantung pada anak.
Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap yaitu tahap pertama membuat model Artificial Inteligence, tahap kedua memvalidasi model ini dengan Bio marker NT- pro BNP dan kondisi klinis gagal jantung, Hipertensi Pulmonal dan malnutrisi, serta tahap ketiga menguji model Artificial Inteligence tersebut.
“Untuk membuat model ini, saya memerlukan waktu sampai 1 tahun mulai dari mengumpulkan data, memproses data dan akhirnya mendapatkan model AI yang dapat mendeteksi defek septum jantung. Kita tahu bahwa defek septum jantung itu adalah suatu kelainan jantung bawaan yang banyak dijumpai di masyarakat, tetapi saya melihat sampai saat ini masih banyak keterlambatan diagnosisnya. Salah satu penyebabnya adalah tidak semua bayi baru lahir itu terdeteksi secara klinis terdapat penyakit jantung bawaan,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, untuk melakukan deteksi diperlukan suatu alat namanya ekokardiogram. Tapi masalahnya tidak semua tenaga kesehatan mampu melakukan pemeriksaan ekokardiogram dengan akurat.
“Kita harus mencari suatu cara bagaimana petugas kesehatan selain konsultan jantung bisa melakukan pemeriksaan ekokardiogram dengan akurat seperti konsultan jantung anak, untuk mendeteksi dini defek septum jantung tersebut. Nah disinilah letak penelitian saya yaitu membuat sebuah model yang dapat mendeteksi secara otomatis dan akurat defek septum jantung pada ekokar diogram,” paparnya.
Dengan begitu dapat membantu interprestasi medis yang dilakukan oleh petugas kesehatan selain konsultan jantung anak.
Dia melanjutkan model AI yang dihasilkan pada penelitian ini merupakan proto type (purwarupa) pertama untuk deteksi defek spektum jantung pada ekokardiogram yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi suatu perangkat lunak atau software.
Sehingga nantinya dapat digunakan oleh semua tenaga kesehatan ketika melakukan pemeriksaan ekokardiogram.
Dengan menggunakan software ini, tentunya nanti makin banyak dan makin cepat deteksi awal defek spektrum jantung pada anak yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan di perifer.
Kemudian melakukan rujukan ke dokter konsultan jantung anak untuk tata laksana lebih lanjut. Model AI untuk mendeteksi defek spektrum jantung pada anak yang telah berhasil dibuat pada penelitian disertasi ini adalah pertama di Indonesia bahkan didunia.
“Sampai saat ini belum ada penelitian yang sama seperti yang saya lakukan ini,” akunya.
Sementara itu, Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan, & Penelitian RSMH Palembang dr Mas Ayu Rita Dewi, M.S, Sp.A(K)., MARS., menjelaskan bahwa RSUP Dr Mohammad Hosein Palembang sebagai rumah sakit pendidikan menyatakan saat ini ada 4 penelitian terkait teknologi canggih yang dilakukan oleh SDM RSMH Palembang.
“Alhamdulillah dokter Ria Nova adalah yang pertama telah berhasil melakukan riset inovatif berbasis teknologi canggih terkait dengan deteksi jantung anak pada ekokardiogram,” jelasnya.
Dia mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Dr dr Ria Nova, Sp.AK., untuk melakukan penelitian untuk disertasinya. Bukanlah waktu yang singkat, beliau perlu waktu 1 tahun untuk mengumpulkan data, memproses data, membuat pemodelan AI sampai akhirnya dihasilkan sebuah model AI untuk deteksi defek spektrum jantung pada anak.
Penelitian dari DR Ria Nova ini nanti bisa dimanfaatkan dan merupakan satu inovasi teknologi yang memang sangat dibutuhkan, terutama di lingkungan rumah sakit di perifer oleh dokter-dokter di layanan primer atau di tempat-tempat di daerah.
“Jadi ini sejalan dengan misi dari Kementerian Kesehatan dalam transformasi sistem kesehatan,” tegasnya.(ton)