Jakarta, Sriwijaya Media – Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto memberikan sindiran pedas perihal masih gelapnya sponsor Formula E jelang perhelatan kurang dari satu bulan.
“Kalau mau jujur sponsor dalam ajang Formula E tidak ada yang eksklusif dan cenderung sporadis saja, come and go. Jadi beda tempat beda sponsor tidak seperti Moto GP atau Formula 1,” tegas Hari Purwanto, Minggu (22/5/2022).
Menurut pengamat politik ini, dari sponsor yang pernah masuk ajang Formula E dinegara lain seperti produsen mobil Porsche, BMW, minuman (bir) Heineken dan perusahaan penerbangan Saudia airline.
Perusahaan raksasa ABB, Bosch juga pernah jadi sponsor, Michelin, DHL, dan Allianz pernah jadi sponsor Formula E.
Lalu, kata Hari, jika ada memang benar ada proposal yang diajukan masuk ke BUMN maka diindikasikan bahwa minim dukungan sponsor, bahkan pihak swasta tidak mau terlibat.
“Yang sangat lucu dan aneh, ada produk kecantikan mau ikut terlibat dalam ajang Formula E,” ujarnya.
Hari menegaskan bahwa sedari awal penyelenggaraan Formula E sangat dipaksakan.
Hal ini terlihat dari Pergub No 83/2019 tentang penugasan PT Jakpro sebagai penyelenggara Formula E, motif politis maupun pemenuhan komitmen juga menjadi satu kesatuan.
Dia melanjutkan pemenuhan komitmen dan sangat dipaksakan adalah ketika ada ijon melalui keterangan dari pemeriksaan Ketua DPRD DKI yang menegaskan terkait pinjaman Kadispora ke Bank DKI sebesar Rp180 Miliar yang diinstruksikan lewat surat dari Gubernur DKI Jakarta.
“Penyelenggaraan Formula E pada 4 Juni nanti hanya menggugurkan kewajiban dari 3 hal yaitu pencitraan, motif politis dan keterpaksaan. Sold out tiket yang diborong oleh WNA itu salah satu bagian dari pencitraan, namun warga lokal kurang meminati. Tentunya warga DKI dan publik bisa menilai setelah pelaksanaan ajang Formula E,” terangnya.
Dikatakannya, soal rumor calo dengan Marcus John sebagai penghubung Jakpro dan Formula E, tentunya bisa menjadi benar adanya karena proyek Formula E tidak melalui ataupun tahapan pelaksanaan program pemerintah daerah.
Dari proses pembayaran commitment fee saja oleh Dispora DKI menimbulkan potensi total lost Rp560 miliar dari total dana yang sudah diterima panitia penyelenggara.
“Anggaran sebesar itu digelontorkan tanpa dasar hukum yang jelas dan melanggar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 tahun 2019,” paparnya.
Bahkan, masih kata dia, proyek penyelenggaran Formula E tidak ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) atau program jangka panjang bersifat strategis yang dibahas terlebih dahulu oleh Pemprov DKI bersama DPRD.
“Wajar jika muncul nama calo karena proyek Formula E untuk pencitraan, politis dan keterpaksaan,” cetusnya.
Hari menambahkan bahwa sponsorship di perusahaan yang besar dan taat GCG (Good Corporate Governance) dibahas di raker tahun sebelumnya.
Apalagi untuk nilai besar dan eksposur Internasional. Kalau untuk event besar, perjanjian sponsorship juga mencakup kegiatan pre-event dan promosi sejak penjualan tiket dibuka.
“Kalau H-7 baru dibuka, kemungkinan sumbangan sukarela tanpa tekanan (susu Tante) ala orba,” terangnya.
Dia memastikan bukan pembelian via VPN ataupun titip beli. Sebab beberapa negara yg dilisting, bukan fans berat otomotif dan bukan tamu reguler wisman ke Indonesia.
“Tinggal saksikan saja pada perhelatan, apakah benar separuh lebih penonton asing atau lokal semua. Kalau benar banyak penonton asing, tentunya gelaran ini sukses membawa turis dan mentrigger pariwisata DKI. Tetapi, kalau 100 persen lokal, CICC bisa bergerak untuk membongkar dugaan transaksi palsu. Sekaligus melacak siapa bandar dan sumber uangnya,” jelasnya.
Dia menyinggung isu calo bernama Marcus John dan sudah terdengar sejak awal polemik kasus ini. Selama tidak ada tindak pidana padanya, KPK tak perlu buang waktu mengejar sosok ini.
“Cukup fokus saja pada aliran uang (follow the money), siapa pun yg bermain di kasus ini akan mudah dicokok. Karena di masa digital ini, uang tidak bisa sembunyi,” ulasnya.
Hari menyindir bahwa sudah H-14, akan tetapi belum terdengar line-up pembalap yang bakal bertarung.
“Padahal kalau lihat pengalaman Mandalika, mestinya sudah ada pembalap yang test sirkuit. Tolong ini ditanyakan ke panitia,” pungkasnya.(Irawan)