Jakarta, Sriwijaya Media – Puasa dan Pancasila merupakan dua hal yang relevan untuk dikaitkan karena keduanya mempunyai nilai yang seiring sejalan dan bisa saling menguatkan.
Di satu sisi merupakan pelaksanaan perintah agama dan sisi lainnya merupakan cerminan kesetiaan pada dasar negara Pancasila.
Hal ini disampaikan oleh Anggota MPR RI fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) daerah pemilihan Jawa Tengah VIII (Banyumas – Cilacap) Siti Mukaromah, dalam sosialisasi empat pilar kebangsaan, Sabtu (23/4/2022).
Sosialisasi itu diikuti 150-an peserta dari berbagai kalangan, diantaranya tokoh masyarakat, anggota organisasi masyarakat dan keagamaan, serta para perangkat desa.
Setelah memaparkan bahwa salah satu tugas MPR adalah mensosialisasikan 4 pilar kebangsaan, Erma, sapaan akrabnya ini menekankan pentingnya pemahaman bahwa puasa sebagai bentuk pelaksanaan ajaran agama sangat sesuai dengan Pancasila.
Kesesuaian itu bisa dilihat satu persatu pada sila-sila yang ada. Misalnya sila pertama Pancasila, ibadah bulan Ramadhan merupakan salah satu amalan seorang muslim yang selaras.
“Pancasila sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya warga negara Indonesia harus menomorsatukan pelaksanaan perintah Tuhan. Melaksanakan kewajibannya sebagai penganut agama, apapun agamanya. Karena kita muslim, dan orang islam wajib puasa di bulan Ramadhan maka kita wajib melaksanan dalam ikatan kewajiban agama dan sekaligus kewajiban warga negara untuk melaksanakan puasa,” papar Erma.
Selain sila satu, masih kata Ketua Umum Perempuan Bangsa ini, pelaksanaan puasa juga mengandung semangat pada sila-sila lain. Misalnya pada sila kedua. Dapat dilihat pada sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Sila ini berhubungan dengan kemanusiaan karena pada bulan Ramadan banyak hal yang dapat dilakukan untuk membantu sesama seperti membagikan takjil atau makanan untuk berbuka bagi orang yang membutuhkan dan orang-orang sekitar yang sedang melaksanakan puasa.
Kegiatan ini juga dapat menumbuhkan rasa kekerabatan antar sesama.
“Alhamdulillah kita perempuan bangsa juga menyelenggarakan sejuta takjil selama bulan puasa di seluruh Indonesia. Artinya, kita ibu-ibu, perempuan bangsa yang hadir disini sudah melaksanakan dua hal sekaligus yaitu agama sebagai orang islam dan pancasila sebagai warga negara,” ungkapnya.
Selanjutnya Erma mengilustrasikan sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Sudah jelas bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, agama, bahasa dan ras. Maka nilai yang dapat diambil dari Pancasila sila ketiga dalam bulan ramadan yaitu dengan saling menghargai satu sama lain.
Kekayaan keragaman yang ada disekitar masyarakat sudah seharusnya melahirkan sifat memahami perbedaan. Banyak pula dijumpai buka bersama dengan rekan kerja atau teman organisasi yang didalamnya terdapat non muslim. Itu tandanya bahwa Ramadan juga bisa menjadi sarana pemersatu perbedaan.
“Selanjutnya sila ke empat yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Nilai sila keempat dihubungkan dengan bulan Ramadan adalah adanya musyawarah-musyawarah bersama dilingkungan masyarakat, kerja dan organisasi untuk mengisi kegiatan positif, ” jelas Erma.
Terakhir Erma memaparkan sila terakhir yaitu sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
“Nilai yang terkandung dalam Pancasila sila kelima di bulan suci ramadhan dapat dipraktikan dengan adanya zakat fitrah yang hukumnya wajib bagi seluruh umat islam yang mampu. Dengan mengeluarkan zakat fitrah ini akan dapat menumbuhkan nilai sosial bagi sesama. Bahkan kita tahu, banyak orang yang tidak pernah melaksanakan zakat jenis lain, tetapi kalau yang Namanya zakat fitrah, pasti semua umat Islam mengupayakan untuk bisa membayarnya,” jelas Erma. (Santi)