Oleh :
Mgs M Badaruddin J, SH., MM., dari Kantor Hukum Balakosa Law Firm
Seperti diketahui saat ini sedang terjadi invasi militer yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina. Hal ini tentu menjadi hot issue bagi masyarakat internasional mengingat Rusia merupakan salah satu negara adidaya dengan kekuatan militer terkuat nomor 2 di dunia serta Ukraina yang memiliki hubungan dekat dengan negara adidaya lainnya yaitu Amerika Serikat.
Sejarah Singkat Rusia dan Ukraina
Berdirinya negara Rusia diawali pada tahun 862 Masehi, dimana terjadinya perpindahan bangsa-bangsa skandinavia yang dikenal sebagai bangsa Varangia yang dipimpin oleh tokoh semi legendaris Rurik yang menyeberangi Laut Baltik dengan memasuki kota Novgorod dan memerintah di sana.
Pada tahun 882 Oleg pengganti dari Rurik berhasil menguasai Kiev (yang sekarang menjadi ibukota negara Ukraina) dan membentuk Negara Rus Kiev.
Puncak Keemasan Rus Kiev terjadi pada abad ke 10 dan 11 Masehi, dimana Rus Kiev yang pada saat itu dipimpin oleh Vladimir Agung menjadi negara yang paling makmur di Eropa. Namun pada Tahun 1237-1240, negara Rus Kiev hancur akibat invasi dari Kerajaan Mongol yang dipimpin oleh Batu Khan, cucu dari pimpinan legendaris Mongol Gengis Kahn, yang pada akhirnya Russia dikuasai oleh Mongol selama 2 abad lebih.
Pada tahun 1480, Ivan III (Ivan Agung) berhasil membebaskan Russia dari kerajaan Mongol, dan mengonsolidasikan kekuasaannya melalui Mokswa (sering disebut Moscow) dan pada tahun 1547 berdirilah Kestaran Russia dengan Ivan IV (Ivan the Terrible) sebagai Tsar pertama Russia yang memerintah dari tahun 1547-1584.
Dimasa ini Russia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai dengan Siberia. Kestaran Russia berlangsung selama 300 tahun lebih dan berakhir pada tahun 1917 dengan Tsar Nikolai II sebagai tsar terakhir.
Penyebab berakhirnya Kestaran Russia disebabkan oleh beberapa faktor dalam negeri Russia, faktor pergerakan kelompok kaum buruh dan tani Bolshevik, dan kekalahan Russia pada Perang Dunia I.
Pasca berakhirnya Kestaran Russia, Russia sempat dipimpin oleh pemerintahan Provisional, namun tersebut diambil oleh Gerakan kelompok Buruh dan Tani yaitu Bolshevik yang dipimpin oleh Vladimir Lenin. Boshevik merubah negara Russia menjadi Republik Sosialis Fedrasi Soviet Rusia yaitu negara dengan ideologi Komunis pertama di dunia.
Pada tahun 1922, Republik Sosialis Federasi Rusia Bersama 3 negara eropa timur lainnya yaitu Republik Sosialis Federasi Soviet Transkaukasia, Republik Sosialis Soviet Ukraina, dan Republik Sosialis Soviet Byelorusia bergabung membentuk negara Uni Republik Sosialis Soviet (lebih dikenal Uni Soviet).
Umur Uni Soviet sendiri tidak berlangsung panjang, hanya selama 69 tahun. Pada tahun 1991 sepakat untuk bubar, dan Uni Soviet sendiri pecah menjadi 15 negara yaitu : Rusia, Ukraina, Belarusia, Armenia, Georgia, Moldova, Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan, Kirgistan, Estonia, Latvia, dan Lithuania dan pasca bubarnya Uni Soviet, bentuk negara Rusia menjadi Federasi Rusia. Rusia sendiri dianggap sebagai penerus atau pewaris dari Uni Soviet.
Peran Ukraina Bagi Rusia
Ukraina memiliki hubungan yang penting dalam sejarah Rusia. Bila kita kembali membaca pada penjelasan sebelumnya, Kiev yang saat ini merupakan ibukota negara Ukraina, dahulu merupakan pusat pemerintahan atau ibukota dari Rusia dimasa awal Rusia berdiri.
Selain itu pada masa Uni Soviet, Ukraina adalah lumbung pangan, tujuan wisata kesehatan utama, dan pusat industri Soviet.
Semasa Uni Soviet, hasil pangan Ukraina dapat menyuplai pangan ke seluruh uni soviet. Adapun hasil pangan yang dihasilkan oleh Ukraina yaitu aprikot atau melon yang berair, tepung, roti, produk susu, serta buah dan sayuran segar.
Ukraina juga memiliki industri pembuatan anggur yang kuat. Produksi gula dari buah bit adalah bagian penting utama lainnya dari sektor pertanian.
Selain pangan, pertambangan, energi, teknik, dan metalurgi adalah beberapa dari banyak industri yang berkembang di Ukraina Soviet. Konstruksi berjalan dengan kecepatan sangat tinggi di seluruh republik, dan pabrik, serta tambang beroperasi dengan kapasitas penuh.
Bahkan salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berada di Chernobyl, Ukraina serta Pesawat Kargo terbesar Dunia Antonov AN 225 Mriya diwariskan Uni Soviet ke Ukraina.
Melihat dari letak Geografisnya, Selama Perang Dunia (PD) II, Ukraina adalah gerbang awal bagi Barat untuk masuk/menyerang rusia sehingga tidak heran selama Perang Dunia (PD) II di Ukraina terjadi banyak pertempuran yang menentukan. Di Kota Kiev terdapat jurang terkenal bernama Babi Yar, tempat lebih dari 100.000 orang ditembak mati.
Pada 1943 – 1944, pasukan Soviet membebaskan seluruh Ukraina. Namun, kerusakannya akibat perang sangat besar. Banyak kota dan desa yang hancur dan rata dengan tanah. Melihat dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ukraina memiliki peran yang penting bagi Rusia, baik secara geografis, pangan, serta industri.
Hubungan NATO, Ukraina, dan Rusia
NATO merupakan singkatan dari North Atlantic Treaty Organization atau bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau Organisasi Pertahanan Atlantik Utara.
NATO adalah aliansi militer yang dibentuk pada 1949 oleh 12 negara, termasuk AS, Kanada, Inggris, dan Prancis. Para anggotanya setuju untuk saling membantu jika terjadi serangan bersenjata terhadap salah satu negara anggota.
Tujuan awal berdirinya NATO adalah untuk melawan ancaman ekspansi Uni Soviet pasca perang di Eropa dan patut diingat bahwa pasca terjadinya Perang Dunia ke 2, terjadi perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet sehingga masing-masing pihak membuat aliansi pertahanannya sendiri-sendiri, dimana NATO di inisiasi oleh Amerika Serikat sedangkan Uni Soviet membuat aliansi pertahanan yang bernama Pakta Warsawa.
Dikutip dari bbcindonesia dijelaskan bahwa pasca bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991, banyak negara yang semasa perang dingin beraliansi militer dengan Uni Soviet justru bergabung dengan NATO seperti Polandia, Republik Ceko, Slovakia, Hungaria, Romania, Slovenia, Kroasia, Montenegro, Albania, Makedonia Utara, dan Bulgaria.
Bahkan 3 dari 15 negara pecahan Uni Soviet bergabung dengan NATO yaitu Estonia, Latvia, dan Lithuania. Berdasarkan fakta ini tentu hal ini sangat mengganggu Rusia. karena secara geografis negara-negara ini berdekatan dengan Rusia sehingga hal ini membuat Rusia merasa terancam. Rusia merasa terancam karena setiap negara yang menjadi anggota NATO maka NATO akan membuat pangkalan militer di negara tersebut.
Saat ini, NATO juga memiliki Partner Countries “Negara Mitra”. Partner Countries/Negara Mitra adalah Negara atau Organisasi Internasional yang bekerja sama dengan NATO dengan status Non Anggota.
Daftar Partner Countries adalah Armenia, Austria, Azerbaijan, Belarus, Bosnia dan Herzegovina, Finlandia, Georgia, Irlandia, Kazakhstan, Kirgistan, Malta, Moldova, Rusia, Serbia, Swedia, Swiss, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan.
Ukraina sendiri saat ini bukanlah anggota dari NATO namun berstatus sebagai “Negara Mitra”. Artinya ada kemungkinan Ukraina bergabung dengan NATO dimasa depan.
Dilansir dari Internasional Kompas tentang daftar Negara NATO dan cara bergabung, berikut langkah-langkah yang dilakukan oleh suatu negara bila ingin bergabung dengan NATO yaitu :
• Calon negara anggota harus ada di Eropa, mengikuti prinsip demokratis dalam pemerintahannya, dan bersedia berkomitmen untuk berkontribusi dalam pada keamanan Atlantik Utara.
• Mengikuti MAP. MAP adalah program NATO berupa saran, bantuan, dan dukungan praktis yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dari negara-negara yang ingin bergabung dengan NATO.
• Perhelatan pembicaraan. Dalam pembicaraan itu, dibahas berkomitmen, hak, dan kewajiban calon anggota NATO.
• Calon negara anggota harus menandatangani dan meratifikasi Accession Protocols. Terakhir, calon negara anggota perlu mengadopsi dan mengesahkan RUU ratifikasi untuk bergabung dengan NATO. Jika RUU tersebut disahkan menjadi UU, maka negara itu resmi menjadi anggota NATO.
Di sisi lain, NATO juga bisa mengundang negara lain untuk menjadi anggotanya. Setiap keputusan untuk mengundang suatu negara untuk bergabung dengan NATO diambil oleh Dewan Atlantik Utara berdasarkan konsensus di antara semua Sekutu. Bila semua syarat diatas telah terpenuhi maka negara tersebut resmi menjadi anggota NATO.
Ukraina sendiri saat ini berusaha untuk bergabung dengan NATO. Hal ini disebabkan pada tahun 2014 Rusia mencaplok Crimea yang merupakan wilayah kedaulatan dari Ukraina.
Dikutip dari CNN Indonesia salah satu alasan terkuat Ukraina ngotot masuk NATO adalah Rusia. Bak belum “Move On”, Rusia masih berupaya menciptakan kejayaan di masa Uni Soviet, termasuk menyatukan kembali negara-negara pecahannya Ukraina.
Ketakutan Ukraina terhadap Rusia adalah hal yang sangat wajar, mengingat pada tahun 2014 saat Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina, hanya butuh waktu beberapa hari tentara bagi Rusia menduduki seluruh wilayah Crimea.
Tentunya hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Ukraina, sehingga Ukraina sangat ingin bergabung dengan NATO agar memiliki “Back UP” dari negara-negara NATO saat menghadapi Rusia.
Konflik Rusia – Ukraina
Pemicu konflik awal antara Rusia dengan Ukraina dimulai pada tahun 2013-2014. Presiden Ukraina saat itu Viktor Yanukovych akan menandatangani asosiasi perjanjian dengan Uni Eropa. Namun rencana dibatalkan dan Presiden Viktor Yanukovych justru menandatangani perjanjian dengan Moskow. Hal ini memicu banyaknya aksi protes dari berbagai kalangan di Ukraina, khususnya di daerah Crimea, Donetsk, dan Luhanks. Hal ini mengakibatkan Presiden Viktor Yanukovych digulingkan dari jabatannya saat itu.
Pada tahun 2014, Rusia melakukan invasi ke daerah Crimea dan hanya dalam waktu beberapa hari Rusia berhasil mencaplok Crimea dari Ukraina, sehingga sejak saat itu Crimea menjadi bagian dari wilayah kedaulatan Rusia, meskipun semua negara-negara di dunia tidak mengakui hal tersebut, dan masih menganggap Crimea masih masuk dalam wilayah kedaulatan Ukraina.
Pasca digulingkannya Viktor Yanukovych dari jabatannya sebagai Presiden Ukraina, posisi Presiden digantikan oleh Petro Proshenko. Sejak saat itu, hubungan Rusia dengan Ukraina memanas sehingga membuat Ukraina semakin cenderung untuk bergabung dengan Barat. Bahkan Presiden Ukraina saat ini Volodymyr Zelensky secara terus terang menyampaikan keinginannya ke public Internasional bahwa Ukraina ingin bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.
Dikutip dari CNBC Indonesia, keinginan Ukraina untuk bergabung dengan UNI Eropa dan NATO membuat Presiden Rusia Vladimir Putin marah karena ini memiliki prospek berdirinya Pangkalan Militer Nato di sebelah perbatasan Rusia. Ditambah lagi sejumlah negara Eropa Timur yang merupakan Ex-Communist yang bertetangga dengan Rusia telah bergabung dengan UNI Eropa dan NATO membuat Rusia semakin gusar. Apabila Ukraina sampai bergabung menjadi anggota Uni Eropa dan NATO.
Sebetulnya Rusia dan Ukraina sempat berdamai dengan membuat perjanjian MINSK dan perjanjian ini ditandatangani di kota Minsk, Belarusia. Perjanjian ini sempat di Revisi 2 kali.
Dilansir dari Metro TV Adapun garis besar Perjanjian Minsk sebagai berikut :
• Menyusun tata cara Pemilu di wilayah pendudukan di Luhansk dan Donetsk.
• Rencana mengintegrasikan dua wilayah ke Ukraina
• Manajemen konflik aktual di wilayah pendudukan seperti gencatan senjata, penarikan senjata berat, dll.
• Membahas politik, termasuk status khusus kepada Luhansk dan Donetsk.
Namun perjanjian ini justru ditafsirkan berbeda oleh kedua negara. Rusia menganggap perjanjian Minsk memfasilitasi adanya status khusus dari daerah Luhansk dan Donetsk. Sedangkan Ukraina menganggap Perjanjian Minsk memfasilitasi bahwa daerah Luhansk dan Donetsk benar-benar berada di wilayah Ukraina. Perbedaan tafsiran ini membuat ketegangan diantara kedua negara kian memanas.
Konflik yang terjadi diantara Rusia dengan Ukraina saat ini dimulai pada November 2021. Sebuah citra satelit menunjukan terjadi penumpukan tentara Rusia di wilayah perbatasan Rusia dengan Ukraina. Otoritas Ukraina mengatakan bahwa Rusia telah momobilisasi 100.000 tentara beserta tank serta perangkat keras militernya di wilayah perbatasan Rusia dengan Ukraina.
Lalu pada 7 Desember 2021, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberi peringatan ke Presiden Vladimir Putin bahwa pihak Barat akan memberikan sanksi ekonomi berat kepada Rusia apabila melakukan serangan militer ke wilayah Ukraina.
Beberapa hari kemudian Presiden Rusia Vladimir Putin mengajukan keamanan terperinci kepada Barat, termasuk NATO untuk menghentikan segala aktivitas militer di Eropa Timur dan Ukraina. Rusia juga menambahan meminta kepada NATO untuk tidak pernah menerima Ukraina dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya untuk bergabung.
Permintaan terperinci tersebut tidak di gubris oleh NATO. Pada awal tahun 2022, tepatnya 3 Januari 2022, Presiden Amerika Serikat Joe Biden meyakinkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa Amerika Serikat akan menanggapi dengan tegas jika Rusia menginvasi Ukraina.
Untuk menjaga stabilitas, pada 24 Januari 2022 NATO menempatkan pasukan dalam keadaan siaga di Eropa Timur dengan menghadirkan lebih banyak kapal dan jet tempur serta 8.500 tentara dalam siaga. Beberapa negara Barat mulai mengevakuasi staf kedutaan yang tidak penting dari Ukraina dan Amerika Serikat.
Dikutip dari CNBC Indonesia pada 27 Januari 2022, Biden memperingatkan kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina akan terjadi pada Februari. Amerika Serikat dan Rusia berdebat tentang krisis Ukraina pada sesi tertutup khusus Dewan Keamanan PBB pada 31 Januari.
Pada 1 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin membantah tuduhan tentang invasi militer Rusia Ke Ukraina. Tentunya NATO tidak mempercayai pernyataan tersebut, dan Penasihat Keamanan Amerika Serikat Jake Sullivan menyampaikan pernyataan laporan dari Intelijen Amerika Serikat bahwa Rusia akan melakukan invasi ke Ukraina dalam beberapa hari sebelum Olimpiade Beijing berakhir pada 20 februari 2022.
Tanggal 24 Februari 2020, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato yang disiarkan melalui TV lokal, dalam pidato tersebut Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan beberapa pernyataan sebagai berikut :
• “Dalam dokumen NATO, negara kami secara resmi, secara langsung dinyatakan sebagai ancaman utama bagi keamanan Eropa-Atlantik dan Ukraina menjadi tempat utama untuk serangan semacam itu (melawan Rusia)”
• “Kami tidak dapat mengabaikan ancaman nyata ini, terutama mengingat bahwa pelindung Barat mungkin memfasilitasi pembuatan senjata semacam itu di ukraina untuk menciptakan ancaman lain bagi negara kami”
• “Bahwa Rusia mengakui kemerdekaan Republik Rakyat Luhansk dan Republik Rakyat Donetsk.
• Rakyat Luhanks dan Donetsk membutuhkan bantuan Rusia, sesuai dengan Piagam ke-7, Piagam PBB dari Majelis Teritorial, sebuah kesepakatan persahabatan dan bantuan dengan orang-orang Donetsk dan Luhansk, maka telah diputuskan bahwa Rusia melakukan Operasi Militer Khusus (ke Timur Ukraina) tujuannya adalah untuk membela orang-orang yang selama delapan tahun telah menanggung penghinaan yang mengerikan”
Setelah menyampaikan pidato tersebut, secara resmi Rusia melakukan invasi ke Ukraina dengan mengirim pasukan den berhasil menduduki wilayah Luhanks dan Donetsk yang telah diakui Rusia sebagai negara yang berdaulat.
UKRAINA Tidak Dibantu NATO
Setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan perintah untuk melakukan operasi militer ke Ukraina, Rusia berhasil menduduki wilayah Donetsk dan Luhanks. Menghadapi hal tersebut Ukraina mencoba meminta bantuan dari negara-negara anggota Uni Eropa dan NATO.
Hal ini wajar mengingat Rusia merupakan negara dengan kekuatan militer terkuat nomor 2 dunia. Sedangkan Ukraina berada di peringkat 22. Tentu ini menjadi hal yang amat berat bagi Ukraina menghadapi Rusia. Namun sayang tidak satupun negara-negara Eropa anggota NATO yang mau membantu Ukraina.
Pada 25 Februari 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan pidato sebagai berikut :
“Hari ini saya bertanya kepada 27 pemimpin Eropa, apakah Ukraina akan berada di NATO. Saya telah bertanya langsung, semua pihak takut, tidak ada yang menjawab. Namun kami tidak takut, kami tidak takut apapun, kami tidak takut membela negara, kami tidak takut Rusia, kami tidak takut berbicara dengan Rusia, kami tidak takut berbicara terkait apapun, soal jaminan keamanan negara, kami tidak takut berbicara terkait netralitas, kami saat ini bukan anggota NATO. Namun jaminan apa yang kami dapatkan? Dan yang paling penting negara mana yang dapat memberikan jaminan itu?”
Dari pidato disebut terlihat bahwa betapa frustasinya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melihat kenyataan bahwa tidak ada satupun negara-negara Eropa ataupun NATO yang membantu negaranya menghadapi Rusia. namun bila dicermati hal yang wajar apabila NATO tidak membantu Ukraina mengingat Ukraina belum menjadi anggota NATO.
Pakar Hukum Internasional Prof Hikmahanto Juwana mengatakan hal yang wajar bagi negara anggota NATO tidak menghadapi Rusia, mengingat Ukraina bukan anggota NATO sehingga negara-negara anggota NATO tidak ada legitimasi untuk membantu Ukraina.
Justru apabila negara-negara anggota NATO saat ini membantu Ukraina, maka akan dianggap melakukan pelanggaran terhadap hukum Internasional.
Sementara Rusia melakukan invasi ke Ukraina dengan alasan yang tepat karena dua wilayah yang baru merdeka meminta bantuan mereka untuk mempertahankan diri dari Ukraina.
Motif Rusia Menginvasi Ukraina
Berdasarkan Penjabaran diatas, Mgs M. Badaruddin. J, SH., MM. Legal Consultant dari Kantor Hukum Balakosa Law Firm, memaparkan Hipotesa dari motif Rusia melakukan invasi ke Ukraina sebagai berikut :
1. Menghambat/menghentikan upaya Ukraina bergabung dengan NATO.
Bergabungnya Ukraina ke NATO merupakan masalah dan ancaman yang besar bagi Rusia. Hal itu disebabkan karena letak geografis Ukraina yang berbatasan langsung dengan Rusia.
Apabila Ukraina bergabung dengan NATO, konsekuensinya adalah NATO akan memiliki pangkalan militer di Ukraina. Tentunya itu menjadi ancaman yang besar bagi Rusia, mengingat Rusia merupakan ancaman besar bagi NATO seperti yang disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidatonya terkait tentang Operasi Militer Khusus ke Ukraina.
2. Ekonomi
Pada masa Uni Soviet, Ukraina merupakan salah satu daerah yang memiliki peran yang sangat penting bagi Uni Soviet. Ukraina merupakan lumbung pangan, pusat pertambangan, pusat industri bahkan Ukraina memiliki beberapa warisan penting dari masa Uni Soviet yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan pesawat kargo terbesar di dunia Pesawat Antonov 225 Mriya.
3. Politik
Ukraina dan Rusia memiliki terikat dalam hubungan sejarah dan budaya yang amat kuat. Ibukota Negara Ukraina saat ini Kiev dahulu merupakan Ibukota dari Rusia, dan Rusia sebagai negara pecahan terbesar dianggap penerus Uni Soviet. Rusia memiliki ambisi untuk meraih kembali kejayaan seperti pada zaman Uni Soviet dengan cara bertahap mencaplok beberapa wilayah Ex-Soviet seperti Crimea menjadi wilayah Rusia.
Dari ketiga hipotesa diatas, yang paling memungkinkan menjadi motif bagi Rusia menginvasi Ukraina adalah hipotesa nomor 1 yaitu mencegah/menghentikan Ukraina menjadi Anggota NATO. Hal itu disebabkan bahwa NATO selalu membuat pangkalan Militer di seluruh wilayah negara-negara anggotanya.
Mengingat letak geografis Ukraina yang berbatasan langsung dengan Rusia tentunya ini akan menjadi ancaman yang amat besar bagi Rusia bila pangkalan militer musuh berada di tepat bersebelahan langsung dengan negaranya.
Dapat dikatakan bahwa strategi dari Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina saat ini merupakan strategi yang tepat dan cerdas dengan memanfaatkan Piagam ke-7, Piagam PBB dari Majelis Teritorial sehingga Rusia tidak melanggar Hukum Internasional. Ketika memasuki wilayah Ukraina dan tidak ada satupun negara-negara anggota NATO yang dapat membantu Ukraina karena Ukraina belum menjadi anggota Resmi NATO.