Jakarta, Sriwijaya Media – Belum lama ini Gubernur DKI Anies Baswedan mengeluarkan pernyataan terkait Formula E. Menurut Anies, gelaran balapan mobil listrik menjadi polemik terus di media sosial.
“Kalau kita bicara tentang masalah yang ada di masyarakat, maka kita lihat persoalan mendasarnya. Mereka akan menjawab biaya hidup yang tak terjangkau, kedua lapangan pekerjaan,” ucap Anies dalam acara diskusi bertema ‘Indonesia Bangkit’ yang disiarkan TVOne, Senin (14/2/2022).
Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto mengaku heran dengan pernyataan tersebut.
“Menurut hemat saya, tidak pernah ada polemik di media sosial terkait Formula E. Sebab, sampai saat ini satu-satunya progres positif terkait program ini adalah proses hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi,” ujar Hari, Kamis (17/2/2022).
Sampai saat ini, belum terdengar progres terkait pembangunan track yang akan digunakan untuk menyelenggarakan event ini.
Jika menilik bakal lokasi yang telah ditetapkan di dalam kompleks Taman wisata Ancol, Jakarta Utara, kata Hari, setidaknya melihat dua persoalan.
Pertama, lahan yang akan digunakan merupakan lahan yang masih mentah dan sebagian berlumpur bahkan genangan saat hujan. Sehingga akan memakan waktu cukup lama untuk pematangan. Padahal, jadwal yang ditetapkan adalah bulan Juni tahun ini.
“Kurang dari 4 bulan, apakah memungkinkan?,” tanya Hari.
Kedua, masih terkait track. Dalam Formula E mestinya disyaratkan untuk menggunakan jalan umum sebagai bagian dari track dengan spesifikasi tertentu.
Hal ini tidak terlihat pada peta rencana sirkuit Formula E yang dipublikasikan. Karena jalan yang digunakan merupakan eksisting di dalam Kompleks Jaya Ancol dan bakal track baru.
Hari menambahkan, alih-alih menganggap Formula E hanya sebatas polemik di media massa, Anies mestinya memikirkan bagaimana caranya agar uang Rp 560 milyar lebih yang katanya disetor sebagai Commitment Fee tidak raib.
“Dia bicara seolah-olah peduli dengan derita rakyat dan kesusahan rakyat. Faktanya, dia gelontorkan duit lebih dari setengah triliun, untuk program yang tidak jelas manfaatnya bagi warga,” tutur Hari.
Hari menilai ucapan Anies itu sebagai upaya cuci tangan dan meraih simpati publik saja.
“Standar saja, dia ingin playing victim, seolah-olah dizalimi dengan dilkaprkan oleh masyarakat ke Komisi Pemberantasan korupsi. Jadi jangan lah Anies cuci tangan atas nama rakyat,” tandasnya.
Hari mengaku akan terus mengawal kasus dugaan korupsi dalam penyelenggaraan Formula E yang kini tengah ditangani oleh KPK.
Menurutnya, uang commitment fee yang sudah dibayarkan berpotensi menjadi total lost. Apalagi dari pihak Pemda DKI maupun Jakpro sebagai penyelenggara tidak menunjukkan keseriusan dalam mewujudkan program ini.
Bahkan, informasi terakhir belum ada pihak yang bersedia menjadi sponsor. Sementara Pemda DKI sudah berjanji, tidak akan menggunakan APBD untuk gelaran kegiatan ini kecuali duit yang sudah terlanjur keluar.
“Waktu penyelenggaraan tinggal kurang dari 4 bulan lagi, saat ini musim hujan, duit gak jelas. Lantas bagaimana kita berharap kegiatan ini akan terlaksana?,” papar Hari.
Namun, Hari masih melihat peluang itu sekiranya di antara anggota TGUPP pilihan Gubernur Anies ada Sangkuriang atau Bandung Bondowoso.
“Bukankan mereka bisa bikin gunung dan candi dalam semalam?,” pungkas Hari.(irawan)