Palembang, Sriwijaya Media – Untuk kesekian kalinya, Unsri kembali menelurkan guru besar yakni Prof Dr Ace Baehaki, S.Pi., M.Si., dari Fakultas Ilmu Pemerintahan bidang Ilmu Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian Unsri, dan Prof Dr Ida Sriyanti, S.Pd., M.Si., di Aula Gedung Laboratorium FKIP Unsri Palembang, Senin (8/11/2021).
Rektor Unsri Prof Dr Ir H Aniss Saggaf mengapresiasi atas komitmen kedua guru besar tersebut dalam mengembangkan keilmuannya.
“Prof Ida mengembangkan teknologi dibidang Fisika yang dikaitkan dengan elektroda, menggunakan jarum bisa membentuk macam-macam. Salah satunya sekarang ini material seperti penjernih air menggunakan fiber. Dimana fiber ini teknologi dan bisa dicampur dengan daun merdeka sehingga menjadi zat yang bisa digunakan untuk segala macam, termasuk dibidang medis,” ujarnya.
Begitu pun untuk Prof Dr Ace yang meneliti masalah ikan yang dikaitkan dengan penyakit hipertensi. Dengan instrumen ikan diolah menjadi obat yang bisa menghalangi orang terkena hipertensi.
“Jadi ilmu ini sangat berguna bagi bangsa kita, karena bangsa kita adalah bangsa yang pintar,” ungkapnya.
Dia berharap semakin bertambahnya guru besar ini akan semakin menambah aset bagi bangsa dan negara, khususnya Provinsi Sumsel, termasuk untuk kepentingan rakyat.
Hingga saat ini, masih kata dia, tercatat ada sekitar 130 guru besar, dengan asumsi sekitar 64 guru besar aktif, dan sisanya sudah pensiun. Namun bagi guru besar yang telah pensiun bisa ditarik kembali untuk mengaktualisasikan ilmunya.
Sementara itu, guru besar Prof Dr Ida Sriyanti dalam pidatonya mengatakan bahwa perkembangan nanoteknologi saat ini telah merambat ke berbagai bidang kehidupan manusia.
Nanoteknologi telah banyak mengubah cara pandang terhadap kemajuan teknologi karena setiap materinya disusun dalam level atom atau molekul. Akibatnya, didapatkan bahan yang memiliki sifat khas yang lebih unggul dari material yang sudah ada.
“Mekanisme dalam proses electrospining diawali dari memasukkan larutan polimer ke dalam penyuntik. Ketika kedua elektroda diberi sumber tegangan listrik tinggi, maka larutan polimer yang mulanya bermuatan netral akan mengalami polarisasi karena adanya beda potensial dari kedua elektroda,” jelasnya.
Secara umum, proses elektrospining memanfaatkan 3 gaya untuk membentuk membran nanofiber (Ramakrisha dkk., 2005). Kesederhanaan dan biaya yang murah dapat diterapkan pada skala industri membuat metode electrospinning yang dapat dijadikan sebagai salah satu kandidat alternatif ekonomis untuk menghasilkan membran, nanofiber yang memiliki performa tinggi untuk berbagai aplikasi.
Begitupun dikatakan guru besar Prof Dr Ace Baehaki, S.Pi., M.Si. Menurut dia, di Indonesia telah disepakati istilah rawa dalam dua pengertian yakni rawa pasang surut dan rawa lebak.
Dimana rawa pasang surut diartikan sebagai daerah rawa yang mendapatkan pengaruh langsung atau tidak langsung oleh ayunan pasang surut air laut atau sungai disekitarnya.
“Untuk sumber enzim dari mikro organisme perlu digalakkan untuk memenuhi kebutuhan industri produk pertanian, kimia, dan medis. Salah satu sumber enzim ini adalah mikro organisasi dari rawa Indralaya. Karakteristik enzim penting dalam aplikasi enzim tersebut. Manfaat enzim protease dalam bahan pangan sebagai pengempuk daging, pembuatan keju, pembuatan roti, dan sebagainya,” tegasnya.(ton)