Palembang, Sriwijaya Media-Pelaksanaan Musda VIII Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Daerah Sumsel 06 Sumsel Tahun 2021 di Hotel Swarna Dwipa, Sabtu (9/10/2021) dinilai tidak sesuai AD/ART.
Pasalnya, dalam pemilihan Ketua RAPI Daerah Sumsel periode 2021-2025 ini terjadi pemalsuan tanda tangan pernyataan dukungan untuk salah satu calon.
Salah satu bakal calon ketua RAPI Sumsel Suparman Roman mengatakan, dirinya meminta diadakan Musda ulang karena Musda pada hari ini terjadi banyak pelanggaran.
“Ini berdampak pada hilangnya hak saya sebagai bakal calon ketua. Saya tidak mempermasalahkan dalam kompetisi ada yang menang dan ada yang kalah. Tapi apabila proses mekanisme tidak melalui jalan yang benar, ada indikasi intimidasi, pemaksaan, ancaman, ini sudah tidak benar. Saya tidak bisa menerima hasil Musda hari ini,” ujarnya.
Suparman menuturkan, pimpinan sidang sudah menjelaskan kalah ada keteledoran. Tapi harus diingat kalau panitia ini kolektif dan tim verifikasi kolektif. Jika ada satu yang berbuat salah, maka tanggung jawab semua.
“Harusnya semua anggota tim melakukan penelitian terhadap berkas, tidak langsung membuat kesimpulan.Janganlah pelaksanaan Musda ini disetting, sehingga satu calon gugur untuk melenggangkan calon yang lain. Ini akan kami persoalkan,” tuturnya.
Dia mengaku pihaknya akan menempuh langkah hukum. Karena dalam Musda ini ada pemalsuan tanda tangan pernyataan dukungan Ketua RAPI Pali.
Dia menekankan jangan menganggap remeh masalah ini. Selama ini mereka pikir bisa mengintimidasi, namun mereka lupa kalau ada payung hukumnya.
“Kita akan kejar terus masalah ini, karena hak saya sebagai bakal calon ketua RAPI hilang. Ini memalukan, kami akan memperjuangkan agar dilaksanakan Musda ulang, karena Musda hari ini tidak sah. Kalau saya tidak memenuhi AD/ART, calon yang lain juga tidak memenuhi AD ART, maka cari calon lain yamg memenuhi syarat sudah menjadi anggota minimal 2 tahun, dan pernah menjadi pengurus RAPI,” terangnya.
Dia meminta jangan merekayasa Musda ini. Jika calon yang lain yang melanggar diberikan toleransi, tapi dirinya tidak diberi toleransi.
“Saya sangat dizholimi. Kita konsekuen jalankan aturan. Kalau ada pemalsuan tanda tangan dukungan, ini merusak moral,” pungkasnya. (Ocha/ton)