-Referensi Bagi KPU Mempelajari Sistem Barcode Pilkades Sungai Lumpur
Kayuagung, Sriwijaya Media-Meskipun berada jauh di pusat ibukota, panitia pemilihan kepala desa (Pilkades) Sungai Lumpur Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel tak ketinggalan berinovasi.
Untuk menghindari kecurangan dalam Pilkades yang diselenggarakan serentak pada Selasa, (12/10/2021) kemarin, anak muda desa setempat membuat surat pemilihan yang sudah ditandai dengan barcode.
“Sistem IT ini terbukti dapat menghindari seperti pemilih ganda dan pencoblos siluman. Karena semua sudah terdata di software, dan diberi barcode,” kata Ketua Panitia Pilkades Sungai Lumpur Anwar, Rabu (13/10/2021).
Anwar menceritakan gagasan ini muncul karena belajar dari penyelenggaran pilkades di desa ini tahun sebelumnya yang banyak temui masalah.
“Pilkades sebelumnya sempat ada persoalan saat penghitungan. Untuk itu, kami belajar jangan sampai terjadi kembali kendala serupa,” terangnya.
Mata pilih ganda, surat undangan yang dipalsukan dan pemilih siluman (joki) jadi persoalan dalam pelaksanaan pilkades di desa-desa pesisir.
“Kondisi geografis tentu menjadi persoalan kami disini dan tidak mungkin panitia mampu mengenali satu persatu pemilih,” aku Anwar.
Untuk itu, panitia desa sepakat membuat database pemilih serta sistem scenerring undangan pilkades.
“Kita berdayakan anak muda desa yang belajar di kota. Kita minta mereka pulang dulu membantu pelaksanaan Pilkades tahun ini,” tuturnya.
Program ini lalu digunakan di Desa Sungai Lumpur saat menggelar Pilkades.
Menurut Anwar, inovasi ini mendapat dukungan dari calon kepala desa (Cakades) dan masyarakat.
“Alhamdulilah masyarakat dan para calon mendukung, sehingga kami melaksanakan pilkades tahun ini dengan tertib serta mematuhi protokol kesehatan (prokes),” ucapnya.
Aplikasi database pemilih dan sistem scenerring pemilih Pilkades Sungai Lumpur OKI ini dikembangkan oleh dua kakak beradik Givo Braders dan Kasogi Braders.
Givo yang dihubungi melalui selulernya, menceritakan kalau sistem yang ia buat bersama kakaknya ini dikerjakan kurang lebih satu bulan.
“Saya dan Kasogi (kakak) diminta membantu pelaksanaan pilkades di desa. Selaku anak muda desa, kami terpanggil karena Pilkades tahun sebelumnya itu banyak temui masalah,” jelasnya.
Givo menjelaskan database yang mereka berdua buat terdiri dari data NIK, umur, nomor pemilihan dan foto pemilih.
“Data-data itu kita kumpulkan satu per satu, lalu diolah kedalam database. Outputnya adalah surat undangan yang berkode (barcode). Ketika discan akan muncul data dilayar,” pungkasnya.
Kesulitan yang dihadapi, kata Divo, yaitu saat pengumpulan data. Sebab, pihaknya harus mendatangi satu persatu pemilih, untuk di foto. Tercatat ada sekitar 1.761 pemilih yang diinput datanya.
Selain barcode di surat undangan, juga tampil foto pemilih. Sehingga panitia tidak kesulitan mengenali pemilih. Surat undangan juga tidak bisa dipalsukan atau dibawa orang lain.
“Keunggulan lain sistem ini saat penghitungan suara panitia bisa menghitung lebih cepat. Kita tinggal input masing-masing kartu suara ke sistem, jadi lebih cepat dari cara manual yang lambat juga rawan dengan adanya kecurangan,” jelasnya.
Divo merasa senang karya mereka bisa membantu dan bermanfaat bagi warga desa.
Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan OKI Drs H Alamsyah, yang bertugas memantau pelaksanaan Pilkades di desa setempat merasa takjub dengan proses pilkades dengan sistem tersebut.
“Inovasi luar biasa dari panitia desa dengan sistem informasi yang digunakan seperti ini sangat kecil terjadi kecurangan,” akunya.
Bukan saja bisa diterapkan di Kabupaten OKI, kata Alamsyah, sistem ini bisa menjadi role model untuk pelaksanaan pilkades di seluruh wilayah Indonesia yg secara rutin melaksanakan pilkades serentak, terutama daerah-daerah yang rawan terjadi manipulasi data pemilih.
“Menurut saya KPU perlu mempelajari apa yang sudah dibuat dan dilaksanakan di pilkades Sungai Lumpur ini guna meminimalisir kecurangan dan juga meminimalisir waktu kerja,” jelasnya.(jay)