Management PT GHEMMI Prihatin Pemberitaan Menyudutkan

IMG-20210911-WA0072

Muara Enim, Sriwijaya Media-Ramainya pemberitaan sanksi yang didapat oleh PT Musi Prima Coal (MPC), dibeberapa media terkait kecelakaan di dunia pertambangan mendapat berbagai tanggapan dari para pekerja, karyawan bahkan masyarakat sekitar tambang yang hidupnya berdampingan dengan hiruk pikuk pekerjaan penambangan.

Laspri Icon, yang bertugas sebagai Hubungan Masyarakat (Humas) PT Gua Huo Energy Musi Makmur Indonesia (GHEMMI), dihubungi media ini Sabtu (11/9/2021) mengaku prihatin dengan pemberitaan yang seolah menyudutkan perusahaan yang bergerak dibidang penyuplai energi listrik itu.

Dia menilai banyak dampak negatif pada perusahaan jika pemberitaan tidak memiliki isi edukasi kepada pembaca atau masyarakat.

Sedangkan, masih kata dia, sebelum bekerja perusahaan telah lebih dulu mengedukasi setiap karyawan yang tergabung untuk mengetahui tingginya risiko bekerja di dunia pertambangan, bahkan ancaman kematian.

“Menurut saya bekerja di pertambangan itu risikonya sangat tinggi, dan kecelakaan adalah hal yang pasti ditemui. Setahu saya, sebelum mulai bekerja itu tim HSE sudah brefing dulu apa saja yang akan dilakukan,” terang Icon, sapaan akrabnya ini.

Tak hanya itu, banyak efek negatif atas pemberitaan mengenai sanksi perusahaan untuk tidak beroperasi. Apalagi ditengah pandemi saat ini dan perusahaan inilah yang menjadi penopang hidup sebagian masyarakat Desa Gunung Raja, Kabupaten Muara Enim, bahkan wilayah Kota Prabumulih.

“Sekitar 1.300 karyawan PT GHEMMI akan ikut terhenti dan hilang pekerjaan ditengah pandemi corona saat ini jika aktifitas penambang oleh PT LCL distop hanya gara-gara kecelakaan satu orang saja,” ucap Icon seraya menambahkan pihak perusahaan pasti bertanggung jawab atas kejadian tersebut kepada keluarga korban.

Icon mengaku efek sosial dan ekonomi masyarakat disekitar tambang sangat terasa ditengah situasi pandemi Covid-19.

Beruntung di wilayah tersebut berdiri kokoh perusahaan asal Cina yang mampu melibatkan ribuan pekerja pribumi yang saat ini hampir 90 persen tenaga kerjanya berasal dari Indonesia.

Presiden Direktur PT GHEMM Indonesia Mr Fu Yue Long dibincangai usai penerimaan penghargaan oleh MURI mengatakan perusahaan listrik tenaga uap berdiri sejak tahun 2008 lalu atau selama 13 tahun.

pihaknya secara konsisten mengembangkan teknologi pengeringan batubara dalam sistem pembangkit listrik yang hingga kini mampu menyuplai tenaga listrik secara non stop selama1.438 hari untuk menerangi setiap sudut lampu di wilayah Indonesia.

Terpisah, salah seorang karyawan (driver) yang bekerja di subcon PT LCL yang namanya ingin dirahasiakan ini mengaku ia terkena dampak pasca perusahaan dilarang beroperasi hanya karena kecelakaan kerja.

“Kami duluan (sopir) yang keno dampak kalu dak begawe. Inilah sudah seminggu, nak makan apo anak bini,” tuturnya.

Dia meminta pemerintah harus bersikap adil dengan karyawan yang mengadukan nasibnya di perusahaan tambang. Terlebih, ekonomi sedang tidak stabil akibat corona.(sam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *