Sempat Kritis dan Pesimistis, Kini Penyintas Ini Sembuh Dari Covid-19

IMG_20210729_224021

Kayuagung, Sriwijaya Media-Beragam kisah dialami pasien penyintas Covid-19, mulai dari dijauhi warga hingga pesimistis bisa sembuh melawan virus yang belum ada obatnya itu.

Bacaan Lainnya

Kendati demikian, masih banyak para alumni Covid-19 diluar sana yang bisa bangkit berjuang demi kesembuhannya.

Begitu pula yang dirasakan oleh Syaparudin. Kini, Sekretaris Inspektorat Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumsel ini telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 pasca dua bulan mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit (RS) Siti Khadijah Palembang maupun isolasi mandiri di kediamannya.

Syaparudin tak tahu menahu asal muasal terinfeksi virus Covid-19. Semuanya berjalan seperti biasa. Apakah dari rekan-rekan yang kerap berinteraksi di kantor, atau perjalanan dari rumah ke kantor.

Apalagi selama ini, pria yang berusia lebih dari setengah abad ini selalu mengikuti anjuran pemerintah akan protokol kesehatan (prokes) seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak.

“Pada 6 Juli 2020 lalu saya masuk Rumah Sakit (RS) Siti Khadijah Palembang. Gejala awal yang saya rasakan panas tinggi, sesak nafas, batuk disertai pilek. Saya dirapid test, hasilnya reaktif,” kata pria kelahiran OKI 15 Mei 1967 ini mengenang masa awal pengobatan dirinya di RS, Minggu (25/7/2021).

Awalnya suami dari Asneti ini sempat pasrah menerima cobaan ini. Ia pun berpesan kepada keluarga agar mendoakan dirinya segera terbebas dari belenggu virus Covid-19.

Dimasa perawatan, ia sempat mengalami kritis. Selain menggunakan infus, bapak yang dikaruniai tiga orang anak ini sempat mengalami kritis selama 4 hari sehingga sebagian pernafasannya menggantungkan pada bantuan oksigen.

Persentase oksigen pun fluktuatif naik hingga diatas level 10. Hari silih berganti pun dilalui hingga memasuki hari kelima perawatan. Kondisi kesehatannya pun mulai menunjukkan tanda-tanda membaik. Kini, iapun tak lagi menggantungkan pernafasannya pada oksigen.

“Setiap saran dokter diikuti. Masker tiap satu jam diganti. Memperbanyak makan buah-buahan dan obat serta suplemen dari dokter. Ya, hasil rontgen menunjukkan sekitar 50 persen paru-paru diselimuti bintik hitam,” aku Syaparudin yang kemanapun pergi selalu membawa minyak kayu putih.

Kendati sempat pesimistis bisa sembuh dari Covid-19, namun ia tetap berdoa, berjuang melawan virus Covid-19. Hingga akhirnya di masa perawatan selama 17 hari, tepatnya pada 23 Juli 2020, ia diperbolehkan pulang yang ditunjukkan hasil rapid nonreaktif. Namun tetap melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.

Saran-saran dokter seperti berjemur di pagi hari, melatih pernafasan dengan berolahraga ringan seperti joging, lari, hingga berenang diikuti. Kalaupun tidak sanggup olahraga berdurasi lama, minimal 10 menit pun tidak masalah. Bahkan untuk konsumsi makanan pun juga diatur sedemikian rupa.

Kendatipun sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19, namun ia tetap menerapkan prokes ketat, yakni memakai masker, mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak.

“Kepada masyarakat yang saat ini masih berjuang melawan Covid-19, saya harap jangan takut dengan Covid-19. Tenangkan pikiran, terus berdoa meminta kesembuhan kepada Sang Khalik dan tetap optimistis untuk sembuh. Karena setiap penyakit itu pasti ada obatnya,” jelas kakek yang telah dikaruniai tiga orang cucu ini.

Kini, pemegang prinsip dalam setiap detik, menit, jam dan hari yang dilalui dalam kehidupan harus bernafaskan spirit ibadah kepada Allah SWT ini sudah kembali beraktivitas seperti biasa mendedikasikan diri melayani masyarakat di Inspektorat Kabupaten OKI, Sumsel.(jay)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *