Penyebab Diare Pada Anak dan Cara Mengatasinya

IMG_20210615_170445

Oleh : 

Wiwik Oktavia, S.KM., Penyuluh Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kutaraya Kabupaten OKI

Bacaan Lainnya

Diare adalah penyakit pencernaan yang ditandai dengan perubahan bentuk atau konsistensi tinja menjadi melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari biasanya.

Penyakit ini salah satunya umum terjadi pada anak-anak, terutama bayi usia di bawah lima tahun (balita). Selama diare, tubuh anak kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat.

Cara Tepat Obati Diare pada Anak Disaat Bersamaan :

Selalu berikan cairan oralit untuk menganti cairan keluar setelah diare.

Berikan obat zink 10 hari berturut-turut untuk mengurangi keparahan diare pada anak dan mencegah kekambuhan setelah beberapa lama.

Usus kehilangan kemampuan untuk menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan. Diare pada anak disertai dehidrasi atau kekurangan cairan secara berlebihan.

Sementara bayi dan anak yang lebih kecil lebih mudah mengalami dehidrasi akibat diare.

Pada kasus yang ringan, berbagai cairan yang diberikan dapat mencegah dehidrasi.

“Mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan hal penting dalam penanganan diare pada anak,”

Secara garis besar ada dua penyebab diare pada anak, yakni karena infeksi dan non infeksi.

Berikut penjelasannya. Pertama penyebab diare karena infeksi bakteri dan parasite yang merupakan penyebab diare paling sering. Kedua penyebab diare karena non-infeksi meliputi alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu, efek samping obat tertentu, keracunan makanan, adanya penyakit lain maupun gangguan psikologis.

Cara mengatasi diare pada anak pada umumnya bisa sembuh sendiri dalam waktu 1-2 hari. Namun, para orang tua tidak boleh memandang sebelah mata penyakit ini.

Sering diare di pagi hari tanpa ada penanganan bisa juga menjadi penyebab kematian.

Cara mengobati diare pada anak :

Apabila anak masih menyusui air susu ibu (ASI), teruskan pemberian ASI untuk mengganti cairan tubuh anak yang hilang karena diare. Apabila anak sudah bisa minum selain ASI, berikan cairan oralit.

CRO atau yang lebih dikenal sebagai oralit adalah cairan yang dikemas khusus mengandung air dan elektrolit untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi saat diare.

Selalu siapkan cairan oralit untuk mengganti cairan yang keluar setelah diare ; berikan obat zinc 10 hari berturut-turut untuk mengurangi keparahan diare pada anak dan mencegah kekambuhan setelah beberapa lama ; berikan anti biotik selektif untuk mengurangi keparahan diare pada anak ; berikan makanan atau minuman berkuah atau jus segar sebagai upaya untuk mengembalikan cairan yang hilang ; berikan makanan dalam porsi kecil dan sering agar tidak membebani kerja organ pencernaan serta lanjutkan pemberian makanan yang mengandung tinggi energi setelah sembuh dari diare.

Berikut ini beberapa gejala diare pada anak yang menjadi pertimbangan bagi orang tua untuk segera membawa anak ke Rumah Sakit (RS) yakni buang air besar cair terus menerus dengan disertai darah ; mulai ada tanda-tanda dehidrasi ;  tidak mau makan atau minum seperti biasa ; status gizi yang abnormal seperti

sangat kurus, demam, muntah terus menerus, gejala diare pada anak Anak-anak yang sedang mengalami diare sangat rentan terkena dehidrasi.

Dehidrasi pada anak-anak saat diare disebabkan oleh pola Buang Air Besar (BAB) yang jadi lebih sering serta akibat dari muntah-muntah dan demam.

Cara mencegah diare pada anak, risiko diare pada anak bisa dicegah dengan beberapa cara berikut : menjaga kebersihan lingkungan, terutama sumber air minum, pastikan air dan makanan yang dikonsumsi bersih dan matang ; membiasakan anak untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah BAK atau BAB, juga setelah memegang benda kotor ; memberikan ASI pada anak berusia kurang dari 2 tahun untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *