Subulussalam, Sriwijaya Media-Nenek Sarinah (66), termasuk salah satu kelompok rentan terpapar Covid-19.
Dia adalah orang dengan status lanjut usia (lansia). Terlebih lagi bagi lansia yang menuntunnya untuk bekerja di luar rumah dan berinteraksi dengan banyak orang setiap harinya.
Nenek Sarinah memiliki rutinitas sebagai pedagang ikan asal Kota Subulussalam, tepatnya di Desa Muara Batu-batu Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam.
Dia harus ekstra ketat mendisiplinkan diri sendiri menerapkan protokol kesehatan (prokes) guna mencegah penyebaran Covid-19 yang sampai saat ini masih menjadi momok menakutkan bagi semua masyarakat.
Masker dan sarung tangan menjadi barang bawaan wajib bagi nenek Sarinah saat menjual ikan dagangan hasil tangkapannya sendiri di Sungai Souraya, di desa tempat tinggalnya.
Betapa tidak, karena profesinya itulah membuat Nenek Sarinah sangat rentan tertular Covid-19.
Nenek Sarinah yang sudah lama menjanda ditinggal mati suaminya ini mengaku hanya bisa berusaha dan berdo’a. Baginya, menjadi seorang nelayan dan langsung menjual ikan hasil tangkapannya ke pasar merupakan takdir yang harus dijalaninya.
“Anak saya ada tiga, dua diantaranya sudah berkeluarga dan punya rumah tangga sendiri. Satunya belum menikah dan kami tinggal bersama dirumah,” aku Nenek Sarinah, mengawali ceritanya kepada wartawan sriwijayamedia.com, Minggu (27/6/2021).
Nenek Sarinah mengaku sudah 25 tahun lebih menjadi nelayan sekaligus sebagai penjual ikan. Jika kondisi tak memungkinkan, terkadang ia membeli ikan dari para nelayan dan menjualnya kembali ke pasar.
Sebagai pedagang ikan, Nenek Sarinah mengaku sangat merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Akibatnya, omzet penjualan ikan turun drastis sejak satu tahun terakhir. Ia kerapkali merugi karena barang dagangannya tak bisa balik modal. Hingga ikannya dibawa pulang lagi untuk dimakan sendiri.
“Pendapatan saya biasanya sampai Rp50.000 per hari sebelum masa pandemi. Tapi, sekarang turun menjadi Rp20.000-Rp30.00/ per hari. Kalau tidak laku dagangan ini, saya terpaksa menjual ikan dengan berkeliling kampung menggunakan sepeda dayung saya ini hingga untuk makan sendiri,” ujarnya.
Baginya, masa terberat sebagai pedagang adalah masa pandemi seperti sekarang ini. Belum lagi susahnya mencari pundi-pundi, Nenek Sarinah juga harus disiplin mematuhi protokol kesehatan agar tak terpapar Covid-19.
“Itu saja yang saya lakukan, pakai masker dan sarung tangan. Selebihnya banyak berdo’a agar terhindar dari marabahaya,” kata Sarinah sambil menghitung uang hasil dagangannya.
Sebagai antisipasi, momentum vaksinasi massal dalam rangka HUT Bhayangkara ke 75 di Puskesmas Rundeng pada Sabtu (26/6/2021) dimanfaatkan Nenek Sarinah ikut ambil bagian disuntik vaksin. Ini dilakukan agar herd immunity terbentuk.
“Alhamdulillah setelah disuntik vaksin tidak ada kendala. Semua aman dan halal. Ya, terpenting tubuh sehat dan kuat dan bisa menghindarkan penularan Covid-19. Tetap patuhi prokes dan menerapkan 5 M yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas diluar,” jelas Sarinah.(mha)