Lahat, Sriwijaya Media-Tradisi nanggok tangkap ikan ramai-ramai tetap terjaga kelestariannya dan ini sudah dilakukan secara turun menurun, baik menggunakan tali jala atau terjun ke dalam tebat (kolam) yang ditangkap dengan tangan.
Hal tersebut diketahui saat warga Tebat Lempaung di Desa Gedung Agung Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat, menjalankan tradisi itu hingga saat ini.
“Tapi, sebelum melakukan nanggok tangkap ikan ramai-ramai, terlebih dahulu memanjatkan doa kepada Allah SWT agar tangkapan ikan banyak,” kata Bupati Lahat Cik Ujang, Minggu (11/04/2021).
Tangkap ikan ramai ramai ini, lanjut Bupati Lahat, untuk menjaga dan mempererat tali silahturahmi antar warga yang ada.
Bupati mengklaim tradisi itu sudah dilakukan secara turun menurun, baik menggunakan tali jala atau terjun kedalam tebat maupun cara tangkap tangan.
“Untuk itu, nanggok ikan beramai-ramai di Tebat Lempaung, Desa Gedung Agung Kecamatan Merapi Timur ini sudah dilakukan secara turun menurun, serta tetap terjaga kelestariannya hingga detik ini, dan tentu saja akan menjadi destinasi wisata alternatif bagi wisatawan,” terang Bupati.
Bahkan, diakui Bupati Lahat bahwasanya tradisi nanggok ini telah ada sudah lama sekali. Dimana ikan-ikan yang ada di kolam tidak boleh dipancing, dijala atau ditangkap hingga sampai waktu yang telah ditentukan.
“Maka dari itu, ikan-ikan yang dilepas ke dalam tebat sama sekali tidak boleh ditangkap, hingga batas waktu telah ditentukan,” ucap Bupati.
Semuanya itu untuk menjaga ekosistem, kelestarian serta tumbuh kembang ikan sehingga terjaga dengan baik. Bila perlu, tidak hanya di Tebat Lempaung saja, kalau bisa dapat merambah ke desa lainnya.
“Antara lubuk larangan dan nanggok di Tebat hampir sama, membedakannya hanya tempat dimana ikan tersebut berkembang biak atau tumbuh. Sedangkan lubuk larangan dialirkan sungai. Kalau nanggok di tebat semacam air yang tidak mengalir. Pastinya dapat dikembangkan menjadi objek wisata,” jelas Bupati.
Sementara itu, Camat Merapi Timur Darmi Falentina, BA., menyampaikan, bahwasanya tradisi ini, khususnya di Merapi Timur terus terjaga keasriannya.
“Alhamdulillah, masih dijumpai didesa-desa dengan cara menangkap ikan beramai ramai,” terangnya.
Atas masukan dari Bupati Lahat, pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait guna dijadikan sebagai objek wisata alternatif.
“Ya, sangat baik sekali, terpenting bukan karena kegiatannya, melainkan dapat kita wariskan kepada anak cucu kita kelak. Jangan sampai sirna dimakan zaman,” jelas Darmi.
Setali tiga uang, tokoh pemuda Desa Gedung Agung Andi Joni Pansyah, S.Pd., menegaskan, nanggok di Tebat Lempaung ini sudah ada sejak dahulu, dan tetap terpelihara hingga sekarang ini. Semua ini merupakan warisan terdahulu.
“Ini semua bisa kita berikan kepada anak cucu, walaupun zaman sudah maju, tapi tradisi tetap harus dijaga, agar tidak punah dimakan waktu, serta tidak dilupakan sedikitpun,” kata Andi.
Kedepan, pihaknya berharap nanggok di Tebar Lempaung tidak hanya di Desa Gedung Agung semata, tapi juga bisa diterapkan di desa-desa lain yang tersebar di 24 kecamatan.
“Ini potensi sebagai daya tarik wisatawan dan implikasinya bisa menarik pundi pundi bagi pendapatan desa,” jelasnya.(sisil)