Pemkab OKI Dorong Provider Bangun Tower Telekomunikasi di Daerah 3 T

IMG_20210210_163041

Kayuagung, Sriwijaya Media-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Komering Ilir (OKI) melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) OKI mendorong desa untuk menyediakan akses teknologi informasi, termasuk menggunakan internet berbiaya murah bagi warga pedesaan.

Kepala Diskominfo OKI, Alexander Bustomi melalui Sekretaris Diskominfo OKI Dodi Ariestanto mengatakan ketersediaan jaringan internet menjadi faktor penting membangun ekosistem digital di desa.

Bacaan Lainnya

Sebab, saat ini kondisi desa berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

“Jaringan internet sudah menjadi suatu kebutuhan. Dengan adanya internet mandiri, tadinya tertinggal dan sangat tertinggal bisa lebih cepat, lebih maju, lebih berkembang dan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di desa,” kata Dodi saat menggelar Focus Group Discusion (FGD) Desa Internet Mandiri di Kecamatan Tanjung Lubuk, Rabu (10/2/2021).

Menurut Dodi, tantangan pemerataan layanan akses digital di OKI ditenggarai luasnya geografis wilayah serta terbatasnya peran pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana pos dan telekomunikasi.

Diketahui bahwa pemerintah daerah tidak bisa membangun tower telekomunikasi untuk masyarakat, mengingat hal itu merupakan ranah bisnis provider.

“Kami hanya bisa menginisiasi dan mendorong provider untuk membangun tower telekomunikasi dengan perhitungan dan pertimbangan bisnis mereka,” terangnya.

Internet desa mandiri, lanjut Dodi, merupakan salah satu solusi yang ditawarkan Pemkab OKI untuk mewujudkan pemerataan layanan digital.

Pemkab OKI menggandeng Asosiasi Penyelenggaran Jasa Internet Indonesia (APJII) Sumsel selaku asosiasi resmi yang membantu membuka akses internet di wilayah blank spot melalui program desa internet mandiri.

Sementara itu, Ketua APJII Sumsel Sony Oktapriandi menambahkan sejak tahun 2020 lalu, secara nasional program internet desa mandiri telah menyasar desa-desa daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

“Secara nasional program ini sudah dimulai sejak tahun 2020. Target kami desa-desa yang memang termasuk daerah 3T yang susah mengakses,” terangnya.

Sony menjelaskan tiga alternative teknologi yang digunakan APJII untuk menyediakan jaringan internet antara lain melalui kabel serat optik, radio sinyal dan satelit.

Itu semua tergantung pada kondisi wilayah desa. Jika telah ada tower telekomunikasi atau tiang listik saja bisa melalui serat optik, juga radio suar sinyal. Untuk wilayah blankspot memakai teknologi satelit.

Terkait pembiayaan, kata Sony, penyediaan jasa internet ini merupakan investasi bagi desa untuk mengembangkan Badan Usaha Unit Desa (BUMDes).

“Kalau kita lihat sekarang setiap desa punya dana desa dan dapat APBD. Nah, ini bisa dialokasikan ke BUMDes untuk membangun infrastruktur internet di desa-desa,” jelasnya.

Dengan kemandirian internet desa ini, maka desa akan mendapatkan akses internet (wifi), yang akan membantu ekosistem desa memproduksi hasil unggulannya agar masuk pada pasar global.

Begitu juga, potensi pariwisata di desa yang sangat strategis bisa dipromosikan dengan baik dan berkembang sampai ke pasar global jika dibantu dengan infrastruktur digital yang masif.

“Saya kira ini juga sangat berkesesuaian dengan visi Pak Bupati, membangun infrastruktur telekomunikasi di desa atau tol langit dan seterusnya itu sangat membantu desa-desa kita di seluruh OKI,” paparnya.(jay)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *