Gubernur Deru Klaim Growth Ekonomi Sumsel Semester I/2020 Tertinggi di Pulau Sumatera

IMG_20200514_002144

Palembang, Sriwijaya Media-Meski dihantam pandemi Covid-19, Gubernur Sumsel H Herman Deru mengklaim pertumbuhan ekonomi Sumsel pada semester I/2020 masih tertinggi di Pulau Sumatera.

Berdasar Data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Sumsel pada semester I/2020 (year to year) tercatat sebesar 1,75 persen. Meski terkontraksi sebesar -1,37 persen secara year on year, dan terkoreksi sebesar -2,3 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, namun secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Sumsel sebesar 1,75 persen masih menjadi yang tertinggi dibandingkan 9 provinsi lain di Sumatera.

Bacaan Lainnya

“Penurunan itu tidak hanya terjadi di Sumsel tapi hampir di semua daerah. Kuncinya, kedepan kita akan berupaya menjaga semangat para pelaku usaha mulai dari produsen hingga ke marketing, hingga buyernya kita jaga agar mereka tetap tumbuh. Artinya aktivitas ekonomi tidak boleh berhenti namun protokol kesehatan tetap selalu kita kedepankan,” terang Deru, Minggu (9/8/2020).

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2020, Deru mengaku telah menyiapkan beberapa strategi. Salah satunya menggandeng instansi yang ada di pemda maupun vertikal untuk membelanjakan uang sebanyak-banyaknya.

“Proyek tidak ada yang boleh stop, tetap jalan terus. Bantuan langsung seperti KUR, sudah kita dorong terus. Alhamdulillah realisasi penyalurannya sudah terjadi peningkatan semula dari 30% sekarang mendekati 40%,” tutur Deru.

Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Sumatera Selatan Ir Endang Tri Wahyuningsih, MM., melalui Kabid Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Sumsel Tri Ratna Dewi, SSi, MM membenarkan pertumbuhan ekonomi Sumsel selama semester I/2020 capai 1,75 persen.

“Ekonomi Sumsel triwulan II/2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 2,30 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan terbesar disebabkan oleh kontraksi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 22,19 persen. Sementara dari sisi pengeluaran disebabkan oleh komponen ekspor luar negeri yang mengalami kontraksi sebesar 13,34 persen,” terangnya.(Ocha)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *