Palembang, Sriwijaya Media – Untuk kesekian kalinya, Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) Palembang melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BPR Palembang tahun buku 2019 dengan melibatkan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang selaku pemegang saham di BPR Palembang dan PT Sarana Prasarana Pembangunan Jaya (SP2J).
Dalam rapat ini dihadiri Sekretaris Daerah (Sekda) Palembang Drs Ratu Dewa, Asisten III Bidang Administrasi dan Umum Sekretaris Daerah (Setda) Kota Palembang Agus Kelana, Direktur Utama Syafril, Direktur PT BPR Palembang Slamet, Direktur Utama PT SP2J Palembang H Ahmad Nouvrand di Hotel Harper Palembang, Senin (29/6/2020).
Dikatakan asisten III Administrasi dan Umum Setda Palembang Agus Kelana, laporan BPR Palembang diterima dengan catatan bahwa perlu ada perbaikan-perbaikan untuk kedepan.
“Masukan kita yakni terutama berkaitan dengan pengelolaan kredit-kredit, jadi harus selektif dan tetap koordinasi kepada pemerintah daerah, karena kredit macetnya cukup tinggi,” terangnya.
Untuk penyebab tingginya kredit macet yakni kurang selektif, karena mungkin pakai jaminan-jaminan, sementara usahanya lagi kesulitan, sehingga macet.
“Kita minta pemegang saham selektif dalam memberikan kredit. Artinya karena kredit macet, maka cash flownya sedikit terganggu,” ujarnya.
Untuk itu, pihaknya meminta manajemen BPR Palembang dapat memperbaiki kinerjanya kedepan supaya perusahaan ini sehat kembali.
Untuk saat ini, belum ada penyertaan modal. Dia pun berharap dengan disiplin serta menjalankan standar operasional perusahaan bisa mengurangi resiko cash flow.
Menurut Direktur PT BPR Palembang Slamet, saat ini pihaknya mengalami kerugian, tapi berada di posisi cukup sehat. Jika dinominalkan, kerugian ditahun 2019 capai Rp404 juta.
“Saat ini kita menyalurkan kredit bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan umum. Untuk PNS totalnya 840 nasabah, dan umum ada 8 nasabah,” bebernya
Lanjutnya, sampai saat ini konsen pada kredit market dahulu, untuk membuka kredit umum pada kondisi saat ini belum kondusif. Masyarakat juga usahanya belum ketemu usahanya, sementara kalau kita kasih kredit, kepada mereka juga prospek untuk mengembalikan tidak ada, sehingga terjadilah kredit macet.
“Kita bukan stop landing, tapi lebih selektif, kita tidak ada namanya stop landing walaupun lagi pandemi corona virus disease nineteen (covid-19), tapi sesuai dengan kemampuan nasabahnya. Untuk nominal tidak kita batasi masih seperti biasa”, tegasnya.(ton)