Jakarta, Sriwijaya Media – Pandemi Covid-19 berdampak pada industri penerbangan nasional dan global, di mana jumlah penumpang pesawat dan lalu lintas pergerakan pesawat mengalami penurunan.
Upaya pencegahan penyebaran Covid-19 yang paling utama memang melalui social distancing. Setiap orang diimbau untuk tetap berada di rumah serta tidak melakukan perjalanan dengan pesawat.
Sejalan dengan itu, sejumlah wilayah di Indonesia telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menekan penyebaran virus. Adapun sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. 25/2020, seluruh penerbangan komersial yang mengangkut penumpang di rute domestik hingga saat ini dilarang beroperasi di wilayah yang telah menerapkan PSBB dan wilayah berstatus zona merah.
Dikatakan oleh Director of Engineering PT Angkasa Pura (AP) II Agus Wialdi mengatakan salah satu fokus saat ini adalah menghemat biaya operasional sekaligus memastikan bandara tetap beroperasi untuk menjaga konektivitas transportasi udara nasional.
“Penghematan salah satu kunci dalam merespons tantangan Covid-19. Bandara PT AP II saat ini beroperasi dengan lebih sederhana dibandingkan kondisi normal, menyesuaikan juga dengan traffic penumpang dan penerbangan,” ujarnya.
Kemudian, diimplementasi penghematan operasional antara lain seperti di Bandara Soekarno-Hatta yakni menghentikan sementara operasional Skytrain untuk disubstitusi dengan optimalisasi shuttle bus sebagai transportasi publik antarterminal.
Saat ini, Transit Oriented Development (TOD) di Soekarno-Hatta juga ditutup di mana selain bisa menghemat juga guna mendukung physical distansing.
“Secara umum, penghematan biaya operasional terbesar adalah di penggunaan listrik. Kami melakukan penghematan penggunaan listrik di seluruh bandara hingga sekitar 46%,” ungkapnya.
Lanjutnya, penghematan listrik antara lain dilakukan dengan mengurangi penggunaan fasilitas nonprioritas seperti penyejuk udara dan sebagainya, dengan tetap menjaga aspek keamanan, keselamatan, kesehatan dan pelayanan.
Di samping listrik, bandara PT AP II juga melakukan penghematan penggunaan air bersih hingga 60% serta penghematan penggunaan kendaraan operasional di kawasan bandara baik sisi udara mau pun sisi darat.
“Kami juga lakukan pengurangan biaya pemeliharaan fasilitas nonprioritas atau yang tidak mendesak. Penghematan sangat ketat juga diterapkan pada pos belanja modal (capital expenditure/capex), di mana capex hanya akan digunakan untuk kebutuhan yang dinilai sangat dibutuhkan dengan memperhitungkan situasi dan kondisi saat ini. Penghematan capex ini juga mencakup porsi yang sebelumnya direncanakan untuk pengembangan di bandara-bandara Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Negara (KSP BMN) yaitu Radin Inten II (Lampung), HAS Hanandjoeddin (Belitung), Fatmawati Soekarno (Bengkulu) dan Tjilik Riwut (Palangkaraya),” pungkasnya.(ton)