Baturaja, Sriwijaya Media – Memasuki tahapan Pilkada 2020, anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Sumsel, Junaidi melakukan sosialisasi pilkada tahun 2020, untuk seluruh masyarakat di Ogan Komering Ulu (OKU). Kegiatan ini melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh perempuan dan pemuda dipusatkan di Hotel Kemuning Baturaja, Selasa (31/12).
Kegiatan dibuka langsung anggota Bawaslu OKU, Kordiv Pengawasan Hubal dan Humas, Yeyen Andrizal mewakili Ketua Bawaslu OKU Dewantara Jaya. Kegiatan itu juga dihadiri anggota Bawaslu OKU HPP, Anggi Yumarta dan Koordinator Sekretariat (Korsek) Bawaslu OKU, Jonaidi.
Yeyen Andrizal sebelum menyampaikan sambutannya menyampaikan salam dan permohonan maaf dari Ketua Bawaslu OKU yang berhalangan hadir dikarenakan ada pekerjaan di luar kota Baturaja.
Dia berpesan kepada peserta yang hadir untuk menyerap dan menerapkan apa yang disampaikan pimpinan Bawaslu Sumsel, Junaidi dalam rangka sosialisasi Pilkada 2020.
Disamping itu saat menyampaikan materi sosialisasi Pilkada 2020, anggota Bawaslu Provinsi Sumsel, Junaidi menjelaskan beberapa hal. Antara lain mengenai partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasan dan mengajak untuk tidak melakukan money politik atau politik uang dan melawan informasi hoax.
“Pada Pilkada nanti, saya ingatkan jangan mudah percaya informasi yang belum jelas kebenarannya. Saya ingatkan juga jangan melakukan money politik. Mari kita lawan praktek money politik,” kata Junaidi.
Bicara mengenai hoax atau informasi bohong di era teknologi saat ini, masyarakat harus bijak dalam menyerap informasi. Jangan mudah percaya informasi yang belum tentu kebenarannya yang menyebar dari sumber-sumber informasi tidak jelas.
“Hoax ini bisa menjadi sumber mala petaka. Ini yang harus kita cegah di era teknologi maju sekarang ini. Ciri-ciri berita Hoax antara lain pertama berasal dari sumber hukum tidak terpecaya, foto dan video tidak sesuai isi berita dan mengandung sara,” ujarnya.
Dalam kaitannnya dengan politik, kata Junaidi, hoax sama dengan black campain atau kampanye hitam yang dilakukan untuk menghancurkan karakter lawan politik dengan menyampaikan berita-berita yang tidak sesuai fakta dan tidak jelas nama sumbernya.
“Setelah anda dapat materi ini sampaikan kepada masyarakat. Minimal kepada keluarga dan tetangga kita. Ingatkan bahwa money politik dan hoax itu merupakan perusak tatanan demokrasi. Untuk itu, jangan mau melakukan money politik. Kita harus jadi orang terdepan memusuhi money politik. Kita jangan menjadi orang-orang meracuni demokrasi. Mari kita menjadi ujung tombak demokrasi,”jelasnya.
Anggota Bawaslu OKU HPP Anggi Yumarta, menambahkan pemilu lalu sangat rentan terjadi pelanggaran. Baik itu dilakukan melalui media sosial, dan lain sebagainya. Lebih dari itu, dalam pelaksanaan pilkada, yang bisa saja terjadi mengenai netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Ini tugas tambahan kita bersama. Kami Bawaslu OKU ada dua cara untuk menyikapi hal tersebut. Antara lain dengan cara menunggu atau menerima laporan dan bisa saja dengan temuan di lapangan. Ini pekerjaan rumah kita bersama, untuk itu kita semua memberikan kesadaran politik dengan baik,” ujarnya.(rws)