Tak Tersentuh PKH, Wanita Paruh Baya Ini Tinggal Digubuk Reot

IMG_20190225_114122

INDERALAYA-Dana Program Keluarga Harapan (PKH) yang digulirkan pemerintah terkadang masih banyak menimbulkan masalah di lapangan. Mulai dari adanya pemotongan oleh pendamping, sampai pendistribusian yang tidak tepat sasaran. Karena realita banyak warga yang dihidup di bawah garis kemiskinan justru tidak menikmatinya.

Contohnya nasib Nuraini, (60), warga Dusun III Desa Tanjung Atap, Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir (OI), kendati hidup dalam kekurangan ditambah tempat tinggal yang tergolong tidak layak huni, bertahun tahun  tidak tersentuh bantuan PKH.

Bacaan Lainnya

Pantauan di lapangan, rumah perempuan paruh baya ini jauh dari katagori layak huni. Dia menempati gubuk panggung berukuran tiga kali dua meter beratapkan seng dan berdinding papan yang sebagian sudah rapuh termakan usia.

Di gubuk inilah seluruh aktivitas dilakukan, mulai dari memasak, makan hingga istirahat bahkan untuk tidurpun dengan posisi duduk atau menyender di dinding karena untuk posisi berbaring tidak memungkinkan karena lantai rumah sudah banyak yang patah alias bolong.

Di gubuk itu, Nuraini yang sehari-hari bekerja sebagai tukang urut ini tinggal bersama adik perempuannya Saadah, (45) yang juga berkebutuhan khusus.

Nuraini harus tidur di dapur yang menyatu dengan seluruh isi rumah yang jauh dikatakan layak huni. Gubuk tersebut adalah harta satu-satunya peninggalan orang tuanya dahulu.

Nuraini mengaku jika hujan tiba, bagian atap bocor, jika panas sinar matahari tembus langsung ke dalam gubuk.

“Ya beginilah, jangankan untuk bangun gubuk, untuk makan sehari-hari juga susah,” kata Nuraini, Senin (25/2).

Disinggung untuk jatah beras raskin dirinya mengaku punya kartu tapi terkadang tidak bisa juga terpakai.

“Kalo ad duit aku ambek berasnyo tapi jarang aku ambek karno tak ado duit,” ujar Aini polos.

Untuk kebutuhan sehari-sehari, Nuraini mengandalkan keahliannya sebagai tukang urut dengan penghasilan yang tidak menentu.

“Alhamdulillah dari hasil urut, kami dapat hidup, yang penting aku samo adekku pacak makan”, sembari tak memungkiri ada juga bantuan dari tetangga. (sul)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *