Oleh :
Darfian Mahar Jaya Suprana, SE., Pimpinan Redaksi sriwijayamedia.com sekaligus Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) OKI
Cost logistik yang selangit sudah sangat lama menyandera perekonomian Indonesia, terutama bagi kuli angkut modern seperti jasa ekspedisi angkutan truk.
Dengan rasio cost logistik yang makin mencekik, tak mengherankan jika implikasinya berdampak pada ekonomi domestik yang hanya bertumbuh di range 4-5 persen per tahun. Padahal pemerintah memproyeksi growth ekonomi bisa berada pada level persentase 6-7 persen.
Menilik hal tersebut, sebenarnya persoalan logistik esensinya bersumber pada minimnya infrastruktur transportasi, terutama jalan, jaringan kereta api, dan pelabuhan.
Jalan tol yang dimiliki Indonesia tidak seberapa bila dibandingkan jalan tol di negara-negara lain.
Mengutip dari Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna menyampaikan hingga Agustus 2018, Indonesia memiliki tol yang telah beroperasi sepanjang 1.234 kilometer.
Sementara Malaysia sudah memiliki 3.500 kilometer jalan tol dan Negara Tiongkok telah mengoperasikan jalan tol sepanjang 100.000 kilometer.
Untunglah pemerintahan Indonesia yang dinakhodai Joko Widodo menaruh atensi luar biasa terhadap pembangunan infrastruktur, terutama jalan tol.
Panjang jalan tol di Tanah Air bakal bertambah lagi sekitar 250 km, sehingga total jalan tol yang telah dibangun dan beroperasi di Indonesia bakal mencapai 1.350 kilometer pada awal tahun depan, termasuk adanya pembangunan jalan tol Pematang Panggang-Kayuagung, Kayuagung-Palembang.
Pembangunan infrastruktur jalan tol yang dilakukan pemerintah secara masif turut mendongkrak daya saing Indonesia di kancah mancanegara.
Lebih lagi, keberadaan pembangunan jalan tol di kabupaten dan kota mampu membuka terobosan ekonomi baru ataupun sumber ekonomi baru yang pada akhirnya berimplikasi pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar pembangunan jalan tol.
Melihat agresifitas pemerintah dalam membangun jalan tol, kita percaya jalan bebas hambatan ini bakal menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional.
Bersama jaringan kereta api yang juga terus dibangun, jalan tol bakal efektif memangkas biaya logistik. Apalagi untuk menciptakan konektivitas antarwilayah, mulai dari Aceh hingga Papua.
Tentu, manajemen sriwijayamedia.com memandang perlu agar pemerintah mendorong agar kualitas jalan tol, baik dari sisi fisik infrastruktur maupun dari sisi layanan, terus ditingkatkan.
Jalan tol bukan hanya berfungsi memperpendek jarak atau mempersingkat waktu tempuh. Aspek keselamatan pengguna justru lebih diutamakan.
Selain itu, nilai tambah karena cost logistik yang selama ini diklaim Asosiasi Jasa Angkutan Truk (APJAT) Sumsel memberatkan terbantahkan dengan adanya tol ini.
Sriwijayamedia.com juga mendorong agar jalan tol tidak hanya dibangun di Jawa, tapi terus dibangun di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Bali, dan lainnya.
Meski demikian, tak berarti jalan tol harus dibangun di mana saja. Pemerintah harus tetap mengedepankan manfaat dan nilai tambah ekonomi yang dihasilkan jalan tol. Jalan tol hanya perlu dibangun jika secara ekonomi menguntungkan masyarakat, operator, dunia usaha, dan negara.
Jika skala keekonomiannya tidak tercapai dan tidak memberikan value added bagi seluruh pemangku kepentingan, jalan tol tidak perlu dibangun. Sangat ironis jika kelak muncul kasus jalan tol terbengkalai atau tidak ada manfaatnya.