Pemkab OKI Intens Lestarikan Tradisi Midang Bebuke Morgesiwe

IMG-20180618-WA0012

KAYUAGUNG- Sebanyak 11 kelurahan dalam Kota Kayuagung menyemarakkan midang bebuke morge siwe. Midang bebuke morge siwe merupakan tradisi masyarakat morge siwe Kayuagung Kabupaten OKI Sumsel  yang setiap tahun dilaksanakan secara rutin dalam rangkaian perayaan Hari Raya Idul Fitri, terutama pada hari ke 3-4 Idul Fitri.

Bacaan Lainnya

Midang dalam istilah masyarakat Kayuagung adalah sebuah kegiatan berjalan kaki dengan menggunakan pakaian adat perkawinan masyarakat Kayuagung. Sedangkan bebuke artinya lebaran. Awalnya midang ini ada pada abad 16 yang merupakan persyaratan untuk jemput mempelai perempuan oleh mempelai laki-laki. Atau masuk dalam adat istiadat perkawinan dan seiring berjalannya waktu midang ini terus mengalami perkembangan dan di tahun 1954 telah dilaksanakan midang bebuke morge siwe.

Para peserta ini melakukan arak-arakan pakaian adat perkawinan “Mabang Handak” (adat perkawinan Kayuagung). Setidaknya ada 14 macam pakaian adat perkawinan, yang ditutup dengan pemusik tanjidor.

Ribuan peserta midang yang berasal dari 11 kelurahan dalam Kecamatan Kota Kayuagung selama dua hari memadati jalan-jalan protokol dan menyeberangi Sungai Komering melalui jembatan yang menghubungkan Kelurahan Kotaraya dengan Kelurahan Mangun Jaya, dan finist di pendopo rumah dinas Bupati OKI.

Midang Morge siwe sendiri awalnya merupakan satu dari rangkaian adat perkawinan Mabang Handak (Burung Putih) masyarakat Kayuagung pada masa itu yang merupakan perkawinan dalam adat yang tertinggi di Morge Siwe (Sembilan Marga).

Dimana jika ada pasangan muda-mudi yang melangsungkan pernikahan maka salah satunya adalah dengan digelarnya midang yang pesertanya muda mudi berasal dari masyarakat sekitar dengan tujuan untuk memperkenalkan pada khalayak ramai. Bahkan tak jarang saat kegiatan midang sedang berlangsung ada orang tua yang berminat untuk menjodohkan anaknya dengan salah seorang peserta.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten OKI, Ifna Nurlela mengatakan bahwa saat ini midang masih menjadi salah satu adat budaya masih bertahan dilestarikan saat ini di kabupaten OKI.

“Adat  arak-arakan ini sudah sejak lama dilakukan, para pelakunya adalah para muda-mudi dalam kelurahan, dahulu midang dilakukan oleh muda-mudi yang kelurahannya ada hajatan pernikahan, Kemudian untuk melestarikanya dikembangkan menjadi agenda tahunan pariwisata setiap tahunnya, tepatnya di setiap lebaran,” ujarnya.

Midang ini sendiri juga menjadi event pariwisata nasional yang artinya midang ini sendiri bukan hanya milik kabupaten OKI  saja tetapi sudah menjadi salah satu atraksi pariwisata yang terdaftar di kementerian pariwisata dan pernah juga ditampilkan diistana negara pada tahun 2007,” tuturnya.

Sementara itu, Plt Bupati OKI, HM Rifa’i SE didampingi sekda OKI, H Husin SPd MM mengatakan, bahwa saat ini Pemerintah Daerah (Pemkab) OKI sangat konsen mendukung tradisi midang sebagai warisan tradisi budaya leluhur yang sangat mahal nilai karakteristiknya.

“Tradisi ini merupakan aset budaya yang sangat diperhatikan disamping tradisi lainnya di Kabupaten OKI. Kondisi midang sampai saat ini masih sangat lestari bahkan berkembang menjadi wisata budaya,” jelasnya.

Pantauan dilapangan, kegiatan midang ini dilaksanakan secara rutin selama dua hari, pada hari ketiga dan keempat di hari raya idul fitri dengan diikuti oleh sebelas kelurahan dalam kota kayuagung.

Adapun kelurahan yang mengikuti midang bebuke morge siwe pada hari ini, Minggu (17/6/2018) yakni Kelurahan Sidakersa, Jua-Jua, Tanjung Rancing, Kayuagung Asli dan Kelurahan Kota Raya, sedangkan pada esok harinya, Senin (18/6/2018) diikuti oleh Kelurahan Kedaton, Cinta Raja, Mangun Jaya, Paku, Sukadana dan Kelurahan Perigi.(abu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *