PALEMBANG-Munculnya fitnah ijazah palsu terhadap bakal calon Wakil Gubernur (Bacawagub) H Mawardi Yahya (MY) adalah serangan kampanye hitam atau black campaign untuk merusak reputasi bakal paslon Herman Deru-Mawardi Yahya (HDMY). Serangan kampanye hitam tersebut merupakan bentuk kepanikan lawan politik terhadap elektabilitas (keterpilihan) HDMY yang makin meningkat.
“Fitnah ijazah palsu terhadap Pak Mawardi Yahya merupakan kampanye hitam. Isu lama tersebut selalu dimunculkan tiap Mawardi Yahya mengikuti Pilkada. Dua kali ikut Pilkada Bupati Ogan Ilir, yaitu tahun 2005 dan 2010, isu ijazah selalu muncul untuk menyerang Pak Mawardi Yahya,’’ kata pengamat politik Sumsel, Ardiansyah Chaniago, Selasa (23/1).
Menurut Ardiansyah Chaniago, adanya aksi segelintir orang mempersoalkan dan memfitnah MY menggunakan ijazah palsu hanya bertujuan membangun opini buruk di tengah masyarakat Sumsel jelang Pilgub Sumsel yang tinggal enam bulan lagi.
Sebab dari aspek legalitas persoalan ijazah tersebut sudah selesai dan tidak dapat diganggu gugat.
“Pak Mawadi Yahya pernah menjadi Ketua DPRD OKI dan dua periode menjadi Bupati Ogan Ilir. Jadi tidak mungkin menggunakan ijazah palsu. Sebab dalam proses seleksinya sudah melalui penelitian yang ketat oleh KPU,” tegas Kordinator Forum Sekolah Demokrasi Sumsel ini.
Serangan kampanye hitam, kata Ardiansyah, merupakan cara berpolitik yang buruk dan sangat tidak mendidik masyarakat. Semestinya perhelatan Pilkada adalah ajang festival gagasan dan adu program, sehingga masyarakat mendapatkan pilihan calon pemimpin yang terbaik untuk membangun Sumsel.
“Saya yakin masyarakat Sumsel sudah makin cerdas dan tidak termakan isu-isu dan kampanye hitam yang sengaja dihembuskan menjelang Pilkada,’’ ujarnya.
Menurut dia, serangan kampanye terhadap pasangan HDMY tersebut juga bertujuan menggerus elektabilitas paslon yang didukung Partai Nasdem, PAN dan Hanura, mengingat dari berbagai hasil survey, pasangan dengan tagline Bersatu Sumsel Maju tersebut selalu berada di posisi teratas.
Secara terpisah, bacawagub H Mawardi Yahya menilai fitnah terkait ijazah palsu kepada dirinya merupakan bentuk kampanye hitam yang sengaja dihembuskan lawan politik. Selain itu, dinilai sebagai bentuk pembunuhan karakter.
“Kalau mau tahu tentang ijazah saya, silakan tanyakan ke Diknas Sumsel,” katanya.
Mawardi menambahkan, dirinya pernah dua kali menjadi Ketua DPRD OKI, dua kali menjadi Bupati Ogan Ilir dan ijazah selalu diverifikasi Diknas Sumsel dan dinyatakan tidak ada masalah.
“Masyarakat Sumsel tidak bisa dibodohi lagi karena masyarakat Sumsel sudah cerdas, biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu,” tegas Tokoh Pemekaran Kabupaten Ogan Ilir ini.(jay)