
KAYUAGUNG- Lantaran hanya dibayar Rp20.000 hingga Rp30.000, sebagian massa yang menghadiri deklarasi pasangan calon (Paslon) Azhari Effendi-Qomaruz Zaman (AQOR) ngeluh. Sebagian massa mengklaim bayaran itu tidak sesuai ekspektasi.
“Dak sesuai kak, kami hanya dibayar Rp30.000 dari koordinator. Padahal janjinya akan ngasih kami Rp100.000 per orang,” ucap In, salah satu massa yang hadir dalam.deklarasi AQOR di Halaman Segitiga Emas Kayuagung, Selasa (9/1).
Menurut dia, koordinator tim AQOR menjanjikan akan memberikan uang Rp100.000. Namun nyatanya ketika berada di acara deklarasi hanya diberikan uang bervariasi, mulai dari Rp20.000 hingga Rp30.000 per orang.
Akibatny, lanjut dia, sebagian massa yang datang mengaku kecewa dengan ulah oknum koordinator tim tersebut.
“Bagaimana mau berpikir menang, sementara diawal saja sudah seperti itu,”katanya.
Menyikapi fenomena itu, pengamat politik dari lembaga survei Mahija Institute Resource and Consulting (MIRC), Yulion Zalpa MA mengatakan fenomena massa bayaran dalam setiap kegiatan politik (deklarasi) dan kampanye merupakan sebuah contoh negatif dalam pesta demokrasi.
“Ini bukti kurangnya pendidikan politik di masyarakat. Selain itu, fenomena ini membuktikan bagaimana pelembagaan parpol di daerah sangat lemah, karena ketika pelembagaan partai politik berjalan, maka tidak akan sulit mengumpulkan massa untuk kegiatan kampanye dan deklarasi tanpa adanya iming-iming sejumlah uang,” kata dosen politik UIN Raden Fatah Palembang ini.
Fenomena semacam ini (massa bayaran), kata dia, tidak menutup kemungkinan akan berlanjut kepada praktik money politik, karena masyarakat pandangannya dibentuk bahwa pilkada merupakan lahan rezeki sehingga stigma tiap kegiatan harus dibayar, termasuk mencoblos calon tertentu.
“Ini sangat jauh dari fungsi pemilu yang ideal dan ancaman serius bagi proses demokrasi sekarang ini,”jelasnya.
Disisi lain, ratusan massa berasal dari Kecamatan SP Padang OKI mengklaim batal berangkat ke acara deklarasi paslon AQOR tanpa alasan jelas.
“Ada sebanyak 5 bus yang sudah siap berangkat untuk membawa massa menghadiri deklarasi Aqor. Lantaran tidak ada kepastian jelas sehingga keberangkatan massa dibatalkan,” kata Dodi, salah satu warga SP Padang.
Setali tiga uang, Sandi, warga Desa Terusan Menang mengatakan, warga sempat menghentikan mobil yang mengangkut massa Aqor dari Kecamatan Tulung Selapan untuk menanyakan kepastian mereka.
“Sejumlah masyarakat sempat menghentikan mobil bus dan mobil pribadi berspanduk slogan Azhari – Qomarus gun mempertanyakan kenapa rombongan mereka dibatalkan. Namun hanya dijawab tidak tahu karena mereka juga dibayar. Inikan aneh, awalnya sudah berjanji akan mrmbayar semua akomodasi, namun dibatalkan begitu saja,” akunya.(abu)