KAYUAGUNG-Bupati OKI H Iskandar, SE menanggapi positif penemuan benda bersejarah di Teluk Cengal, Kabupaten OKI yang diduga merupakan Bandar Sriwijaya. Penemuan ini makin menegaskan bahwa wilayah Kabupaten OKI layak menjadi “Bandar Sriwijaya” dalam konteks kekinian, yaitu berdirinya Pelabuhan Samudera di kawasan Tanjung Tapa, Kecamatan Air Sugihan, OKI yang telah diusulkan sejak Oktober tahun lalu.
“OKI merupakan wilayah potensial untuk pelabuhan samudera. Sejarah mengatakan demikian, berdasar penelitian arkeolog, pelabuhan utama Kerajaan Sriwijaya ada di wilayah OKI. Saya makin optimistis kalau usulan (Tanjung Tapa) Air Sugihan akan terwujud menjadi pelabuhan internasional,” kata Bupati OKI H Iskandar, SE, di Kayuagung, Minggu (10/9).
Menurut Bupati, Tanjung Tapa, Air Sugihan memang layak menjadi pelabuhan samudera internasional seperti bandar sriwijaya pada masa itu.
Disinggung atas penemuan benda-benda peninggalan Sriwijaya di Teluk Cengal, Iskandar optimistis kalau itu mrmang ada.
“Temuan-temuan itu penting untuk diteliti dan dikembangkan sebagai warisan peradaban Kerajaan Sriwijaya dalam bidang pelayaran dan perdagangan internasional,” tutur Bupati OKI.
Inisiatif Bupati OKI H Iskandar, SE mengusulkan Tanjung Tapa, Air Sugihan menjadi pelabuhan internasional langsung mendapat respons positif dari beberapa investor di Timur Tengah.
Menurut Kasubbag Media Komunikasi Publik Setda OKI, Adiyanto, tawaran tersebut disampaikan oleh pengusaha nasional asal OKI di Jakarta.
Dia melanjutkan potensi Tanjung Tapa sebagai pelabuhan internasional sangat memungkinkan untuk mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-Api (TAA).
“Studi kelayakan (FS) sudah dibuatkan. Dalam waktu dekat ini, investor akan paparan dengan Gubernur dan Bupati,” ucapnya.
Dia mengatakan, laut dalam (deep sea) yang ada di Tanjung Tapa bisa dimasuki kapal-kapal tanker berskala besar meski dalam kondisi pasang surut.
“Kedalaman laut dan besaran gelombang itu penting bagi sebuah pelabuhan samudera. Sarana pendukung seperti jalan itu harus disupport. Adapun jalan yang sudah siap, yaitu jalan Air Sugihan-Riding Pangkalan Lampam-Palembang,” terangnya.
Terkait Tanjung Carat yang turut diusulkan sebagai pelabuhan samudera, pihaknya juga mendukung. Apalagi jaraknya tidak begitu jauh dari KEK Tanjung Api-Api.
Akan tetapi, butuh biaya besar untuk reklamasi laut di wilayah tersebut.
“Potensial, namun biayanya besar karena harus reklamasi. Kami berharap dua-duanya (Tanjung Tapa dan Tanjung Carat) bisa jadi pelabuhan internasional,” katanya.
Diketahui, survei yang dilakukan PT OKI Pulp and Paper sejak 2013 lalu menyebutkan kalau wilayah Tanjung Tapa yang berbatasan langsung dengan Selat Bangka memiliki kedalaman air (bathymetric) lebih dari 16,50 meter.
Selain itu, Tanjung Tapa memiliki luas lebih dari 2.000 meter dihitung dari garis pantai Tanjung Tapa hingga ke Selat Bangka.
Berdasar laporan tim survei, Asosiasi Navigasi Internasional (PIANC) merekomendasikan bahwa setiap alur setidaknya harus tiga kali lebar dari kapal terluas yang menggunakan alur tersebut. Untuk lalu lintas kapal yang berpapasan satu sama lain serta memiliki kedalaman minimal 16 meter pada sudut terendah atau ketika pasang surut dan kapal dengan dalam keadaan bermuatan penuh.
Selain persyaratan pelabuhan laut tersebut, pencatatan gelombang dan arus angin juga dilakukan selama periode survei tersebut. Lokasi Tanjung Tapa dianggap terlindung dari pengaruh perubahan gelombang laut yang meningkat meski memiliki paparan angin dari timur selatan. Lokasi ini juga mempunyai catatan risiko yang rendah terhadap bencana alami seperti intensitas gema, badai tropikal dan gelombang pasang.
Terpisah, Direktur PT OKI Pulp and Paper, H Gadang Hartawan mengatakan penelitian itu dilakukan pihaknya bermula untuk membangun dermaga khusus bongkar muat pabrik kertas.
Bahkan pihaknya akan mendukung jika Bupati OKI H Iskandar, SE mempunyai gagasan menjadikan Tanjung Tapa sebagai pelabuhan samudera internasional.
“Siapa yang mau lewat sana. Belum ada akses transportasinya. Nanti kami komunikasikan lagi dengan Pemkab,” kata Gadang melalui selulernya.
Diketahui, jarak Tanjung Tapa dari lokasi pabrik PT OKI Pulp sekitar 65,18 km dengan 12.80 km terakhir berada di area HTI. Sebagian di areal basah sehingga memerlukan jembatan yang menghubungkan antara gudang dan container area menuju dermaga sepanjang 2,260 meter mencapai kedalaman yang diperlukan di landasan dermaga utama (16,30 m) saat surut terendah. Jembatan dibangun untuk menghindari penumbangan pohon hidup di garis pantai.
Tanjung Tapa memiliki area sepanjang 2.30 km yang masuk hutan lindung sehingga memerlukan izin khusus transit di lahan basah. Akan tetapi, manfaat yang didapat jauh lebih banyak, yakni pembangunan pelabuhan laut di Tanjung Tapa akan memberi manfaat bagi Kabupaten OKI serta mendukung KEK Tanjung Api-Api (TAA) yang kini diambil alih pusat dan dikelola Pelindo. Kemudian, Pelabuhan Tanjung Tapa juga berpotensi ekonomi masyarakat baik produksi pertanian dan perkebunan, perikanan warga di Kabupaten OKI, Banyuasin dan Pulau Bangka.
Selanjutnya, Pelabuhan Tanjung Tapa interline dengan sejumlah daerah, kondisi jenuh di Selat Malaka juga diprediksi akan memberikan keuntungan jika di tanjung tapa dibangun pelabuhan samudera. Sebab ribuan kapal melintasi Selat Malaka setiap harinya, dengan kejenuhan dan penambahan waktu layar, tentu jalur pantai timur Sumatera akan semakin dilirik.(abu)